Salah satu karya penting dalam dunia pendidikan Islam, terutama di pondok pesantren di Indonesia, adalah kitab Taysir al-Khallaq (Memudahkan Berakhlak) yang ditulis oleh Syekh Hafizh Hasan al-Mas’udi, seorang ulama terkemuka dari Darul Ulum, Al-Azhar, Mesir. Kitab ini telah menjadi rujukan utama bagi para pelajar di Al-Azhar dan berbagai pondok pesantren di Indonesia, termasuk Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur. Ditulis pada tanggal 26 Jumadil Ula 1339 H/1918 M, kitab ini terdiri dari 31 pokok bahasan yang relevan dengan pendidikan akhlak.
Di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI), kitab ini menjadi objek riset yang menarik perhatian. Contohnya, di UIN Sunan Ampel Surabaya, Muhammad Khakim Ashari mengangkat kitab ini dalam skripsinya berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Taysir al-Khallaq Karya Syekh Hafizh Hasan al-Mas’udi dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam” yang selesai pada tahun 2015. Di UIN Maulana Malik Ibrahim, Moh. Muzammil Al-Ghozi membandingkan kitab ini dengan kitab Ta’lim Al-Muta’allim dalam skripsi bertajuk “Kitab Taysir al-Khallaq dan Kitab Ta’lim Al-Muta’allim tentang Akhlak Mengajar Guru dan Akhlak Belajar Murid” pada tahun 2018. Banyak PTKI lainnya juga mengkaji kitab ini, menunjukkan pentingnya kitab Taysir al-Khallaq dalam dunia akademik di Indonesia.
Kitab ini mengungkapkan etika yang penting dalam tiga aspek: etika diri terhadap Allah SWT, etika pribadi, dan etika terhadap orang lain, termasuk keluarga. Dengan bahasa yang mudah dipahami, kitab ini menyajikan uraian yang mendasar dan penting, tidak hanya berdasarkan argumen tekstual dari Al-Qur’an dan hadits, tetapi juga menggunakan nalar yang tajam. Dalam pendidikan Islam, etika menjadi faktor krusial dalam mengevaluasi aspek pendidikan, baik dalam persiapan, proses, maupun hasilnya. Komitmen untuk berperilaku baik dan berakhlak mulia sangat diperlukan agar pendidikan dapat mencapai hasil maksimal.
Syekh Hafizh Hasan al-Mas’udi menjelaskan bahwa ilmu akhlak adalah kaidah-kaidah yang membantu mengenali kebaikan hati dan perasaan lainnya. Kitab ini mengingatkan bahwa akhlak tidak boleh diabaikan. Dalam konteks pendidikan, penting untuk mengangkat dan merevitalisasi karya seperti Taysir al-Khallaq, karena rutinitas pendidikan seringkali terfokus pada aspek kognitif dan psikomotorik, sementara dimensi afektif (akhlak) sering terabaikan. Idealnya, ketiga dimensi ini harus seimbang dalam pendidikan.
Pendidikan akhlak semakin ditekankan dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, yang menegaskan pentingnya akhlak mulia, nilai-nilai luhur, dan budi pekerti dalam pendidikan. Pendidikan akhlak harus diimplementasikan dengan keteladanan dari semua pihak, termasuk pimpinan, guru, dan tokoh masyarakat, serta dalam lingkungan keluarga. Proses pendidikan akhlak harus berlangsung sepanjang waktu dan di berbagai situasi, bukan terbatas pada ruang dan waktu tertentu.
Pendidikan akhlak juga harus diarahkan untuk menumbuhkembangkan potensi peserta didik secara menyeluruh, mengharmoniskan antara olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Syekh Hafizh Hasan al-Mas’udi menekankan bahwa hasil pendidikan akhlak akan terlihat dalam kebaikan hati dan kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan hubungan erat antara kesehatan jiwa dan fisik; gangguan psikis dapat memicu berbagai penyakit fisik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memulai dan membiasakan diri berperilaku baik dan menjaga hati agar tetap bersih.