Dunia ini ibarat tembikar yang pasti akan rusak dan musnah, sementara akhirat adalah emas yang abadi. Apabila seseorang menganggap keduanya setara, maka ia menunjukkan kebodohan yang nyata. Nasihat Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitabnya, Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, mengingatkan kita bahwa setiap orang yang menyamakan perhatian dan usaha antara dunia dan akhirat adalah orang yang sangat bodoh. Terlebih lagi, jika seseorang lebih banyak mengutamakan dunia dibandingkan akhirat, atau bahkan tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap akhirat, maka ia berada dalam kebodohan yang lebih dalam.
Dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, sementara kampung akhirat jauh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al-An’am: 32). Seseorang yang memperlakukan dunia dan akhirat secara setara tidak memahami hakikat kehidupan dan akan dianggap bodoh oleh Sayyid Abdullah al-Haddad. Ia menyamakan sesuatu yang lebih utama dan abadi dengan yang remeh dan sementara, seperti menyamakan batu permata dengan kerikil.
Ada beberapa tipe orang dalam menyikapi kepentingan dunia dan akhirat. Pertama, orang yang bersikap sama terhadap keduanya, yang sangat bodoh. Kedua, orang yang lebih mengutamakan dunia, meskipun masih memiliki perhatian terhadap akhirat. Ketiga, orang yang tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap akhirat, yang termasuk dalam kategori orang-orang kafir.
Di luar ketiga tipe tersebut, terdapat tipe orang mukmin yang bijaksana yang lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Tipe ini adalah yang paling tinggi maqamnya dan dicontohkan oleh Rasulullah (SAW). Jika ada yang berpendapat bahwa kita harus bersikap seimbang terhadap dunia dan akhirat, maka yang dimaksud seimbang adalah proporsional, di mana bagian untuk akhirat lebih besar daripada dunia, sesuai dengan firman Allah yang menyatakan bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (QS. Al’Ala: 17).
Secara keseluruhan, kita dapat mengklasifikasikan orang dalam empat tipe: pertama, orang yang menyamakan dunia dan akhirat; kedua, orang yang lebih mengutamakan dunia; ketiga, orang yang tidak peduli dengan akhirat; dan keempat, orang yang lebih mengutamakan akhirat. Tipe pertama, kedua, dan ketiga dapat disebut sebagai orang-orang yang sangat bodoh, sedangkan tipe keempat adalah orang pandai dan bijaksana, yang dalam ilmu tasawuf dikenal sebagai orang-orang makrifat atau ‘arif billah.