Belajar memerlukan metode yang baik agar hasilnya maksimal. Keberhasilan belajar seorang pelajar ditentukan oleh etika yang dijaga dalam pelajaran yang digeluti. KH Muhammad Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adabul Alim wal Muta’allim menjelaskan tiga belas etika seorang pelajar berkaitan dengan buku pelajarannya.
Adab pertama adalah memulai belajar ilmu fardhu ‘ain. Menurut KH Muhammad Hasyim Asy’ari, ada empat materi ilmu yang harus dipelajari terlebih dahulu oleh murid. Pertama, ilmu tentang zat Allah, di mana murid harus meyakini bahwa Allah adalah zat yang wujud, dahulu, kekal, serta memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Kedua, ilmu tentang sifat-sifat Allah, yang mencakup sifat kuasa, berkehendak, mengetahui, hidup, mendengar, melihat, dan berbicara. Ketiga, ilmu fiqih, yang penting untuk diketahui agar ibadah sehari-hari, seperti shalat dan puasa, dapat dilaksanakan dengan benar. Keempat, ilmu tasawuf, yang berkaitan dengan menata hati dan menghindari sifat-sifat tercela.
Adab kedua adalah mempelajari Al-Qur’an. Setelah mempelajari ilmu fardhu ‘ain, pelajar hendaknya menggeluti Al-Qur’an dengan serius, memahami tafsirnya, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Kalamullah. Al-Qur’an merupakan dasar dari segala ilmu, sehingga penting bagi pelajar untuk menghafalkan kitab yang menjelaskan dasar-dasar ilmu tersebut.
Kesibukan murid dalam mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an tidak boleh menghambatnya untuk bertadarus setiap hari. Membaca Al-Qur’an seharusnya menjadi wirid harian dan tidak boleh dilupakan setelah menghafalnya. Dasar-dasar ilmu dan penjelasannya harus dipelajari di hadapan para masyayikh, bukan hanya secara otodidak. Dalam proses menghafal dan memahami, pelajar harus menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing dan tidak membuang waktu dengan cara yang ceroboh.