Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad (SAW) merupakan bentuk doa kita kepada Allah SWT. Secara harfiah, shalawat berarti permohonan agar Allah menambahkan belas kasih dan keagungan kepada Nabi Muhammad (SAW), sedangkan salam adalah doa agar Allah menambahkan kehormatan dan derajat yang tinggi untuknya. Pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa kita perlu mendoakan Nabi Muhammad (SAW) jika beliau sudah mendapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT?
Syekh Ismail Al-Hamidi, yang dikutip oleh Syekh M Nawawi Banten, memberikan penjelasan bahwa tujuan shalawat kita kepada Nabi Muhammad (SAW) adalah untuk memohon rahmat baru yang belum pernah ada. Setiap waktu yang berlalu, ada rahmat Allah yang belum didapatkan oleh Nabi Muhammad (SAW), sehingga dengan shalawat, derajat beliau akan terus meningkat dalam kesempurnaan yang tak terhingga. Oleh karena itu, shalawat kita tidaklah sia-sia, dan Rasulullah (SAW) memang menerima manfaat dari shalawat tersebut. Namun, orang yang bershalawat seharusnya tidak hanya memikirkan manfaat bagi Nabi Muhammad (SAW), tetapi juga sebagai tawasul kepada Allah untuk mewujudkan hajat-hajat kita.
Selain itu, shalawat dan salam juga merupakan ungkapan rasa syukur kita sebagai makhluk ciptaan Allah kepada Nabi Muhammad (SAW) yang menjadi perantara dalam penciptaan alam semesta. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman bahwa kita belum bersyukur kepada-Nya jika kita tidak berterima kasih kepada Nabi Muhammad (SAW), yang merupakan sumber limpahan nikmat bagi kita. Tanpa Nabi Muhammad (SAW), tidak akan ada penciptaan Nabi Adam (AS) dan keturunannya. Dengan kata lain, alam semesta ini diciptakan untuk manusia, dan Nabi Muhammad (SAW) adalah sebab adanya segala sesuatu.
Logika ini didukung oleh beberapa ulama, termasuk Imam Al-Bushiri dan Syekh Ibrahim Al-Baijuri, yang mengaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang menunjukkan kedudukan Nabi Muhammad (SAW) sebagai penghulu anak Adam. Dengan demikian, shalawat dan salam adalah bentuk terima kasih kita kepada Nabi Muhammad (SAW) atas segala nikmat yang kita terima. Dalam setiap shalawat yang kita panjatkan, kita mengakui kedudukan beliau sebagai perantara agung dalam setiap kebaikan yang kita nikmati. Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shabihi ajma’in.