Kata “ihsân” dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai “baik.” Namun, dalam bahasa Arab, terdapat banyak kata yang memiliki arti serupa, seperti khair, ma’rûf, hasan, shâlih, dan birr. Masing-masing kata ini memiliki makna spesifik yang berbeda, meskipun sering kali diterjemahkan sebagai “baik.” Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan makna di balik istilah-istilah tersebut.
Salah satu penjelasan yang sering dikemukakan oleh para ulama mengenai makna ihsan berasal dari sabda Nabi Isa (SAW): “Ihsan bukanlah engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, itu namanya berbalasan. Hanya dikatakan ihsan bila engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa ihsan melampaui sekadar membalas kebaikan.
Untuk memahami lebih lanjut, mari kita lihat contoh yang konkret. Ketika seorang tetangga memberikan semangkok opor ayam, lalu keesokan harinya Anda membalasnya dengan semangkok opor ayam juga, itu adalah perbuatan baik, tetapi bukan ihsan. Namun, jika Anda membalas dengan memberikan satu ekor opor ayam utuh, maka itu baru dapat disebut sebagai ihsan.
Contoh lain adalah ketika seorang teman sakit dan Anda membesuknya dengan membawa makanan kesukaannya. Jika saat Anda sakit, teman tersebut tidak membesuk Anda, tetapi ketika dia sakit lagi, Anda tetap membesuknya, maka tindakan Anda itu adalah ihsan. Namun, jika Anda berhenti membesuknya karena merasa tidak pernah dibalas, maka itu bukanlah ihsan.
Dalam Al-Qur’an, surat Ali Imron ayat 134 menyebutkan tiga golongan orang yang dianggap berbuat ihsan. Pertama, mereka yang berinfak baik dalam keadaan senang maupun susah, tanpa memandang suka atau tidaknya kepada orang yang diberi. Kedua, orang yang mampu menahan amarahnya meskipun memiliki kesempatan untuk melampiaskannya. Ketiga, orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain dan tidak menyimpan dendam.
Ketiga golongan ini adalah contoh nyata dari orang-orang yang berlaku ihsan. Mereka yang berinfak meskipun dalam keadaan sulit menunjukkan kepedulian terhadap orang lain. Mereka yang menahan amarah memilih untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan mereka yang memaafkan menunjukkan sifat pemaaf yang mulia.
Allah SWT menyatakan cinta-Nya kepada orang-orang yang berbuat ihsan dengan firman-Nya: “Wallâhu yuhibbul muhsinîn.” Ini menunjukkan bahwa ihsan adalah tindakan yang sangat dicintai dan dihargai oleh Allah. Dengan memahami makna ihsan, kita diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan diri kita pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.