Manusia senantiasa menerima anugerah dari Allah, baik dalam bentuk materi maupun non-materi, yang sering kali disadari atau tidak. Dalam kondisi seperti ini, penting bagi kita untuk menjaga adab kepada Allah melalui rasa syukur. Namun, ada sebagian orang yang tampak hidup lebih baik, sehat, dan jauh dari kemiskinan, meskipun mereka tidak taat kepada-Nya. Hal ini seharusnya tidak mengejutkan, karena itu bisa jadi merupakan rahmat Allah untuk mereka.
Ketika seseorang mendurhakai Allah dan anugerah-Nya terus mengalir, bahkan semakin melimpah, mereka perlu waspada. Ini mungkin merupakan istidraj, yang diungkapkan oleh Syekh Ibn Athaillah dalam hikmahnya. Istidraj adalah suatu perangkap di mana orang yang durhaka terlihat semakin makmur, padahal semua itu bisa jadi merupakan penundaan azab Allah yang lebih besar di kemudian hari.
Istidraj diartikan sebagai ujian tersembunyi di balik anugerah Allah. Syekh Zarruq menekankan pentingnya menjaga sikap waspada terhadap nikmat yang diterima, seperti kesehatan dan kelapangan rezeki, di tengah kedurhakaan kita. Orang yang matanya terjaga selalu khawatir bahwa nikmat yang diterima adalah istidraj, terutama jika mereka lalai bersyukur. Kekhawatiran ini adalah sifat orang-orang beriman.
Ketakutan akan istidraj adalah ciri khas orang beriman, sedangkan ketidakpedulian terhadapnya di tengah kedurhakaan adalah sifat orang kafir. Tanda-tanda istidraj antara lain adalah melakukan dosa, terperdaya oleh ketenangan waktu, dan menganggap penundaan siksa sebagai tanda baik. Setiap kali seseorang bermaksiat, nikmat yang diberikan bisa membuat mereka lupa untuk memohon ampunan.
Oleh karena itu, manusia dianjurkan untuk selalu bersyukur kepada Allah dengan ucapan, keyakinan, dan tindakan. Dalam menerima nikmat, kita juga tidak boleh melupakan jasa orang lain. Agama mengajarkan kita untuk berterima kasih kepada sesama, karena kita saling berutang budi. Setiap orang yang merasakan nikmat, baik secara lahir maupun batin, wajib mengenali haknya dan segera mensyukurinya.
Jika kita tidak bersyukur, dikhawatirkan nikmat tersebut akan ditarik kembali atau menjadi istidraj, yang lebih buruk daripada sekadar penarikan nikmat. Kesimpulannya, menjaga adab kepada Allah dan sesama adalah kunci untuk menghindari istidraj. Kita harus bersyukur kepada Allah dengan segala cara dan berterima kasih kepada orang lain atas jasa mereka. Husnul adab menjadi penolak istidraj.