Ulama aqidah membahas sifat wahdaniyah yang menggambarkan keesaan Tuhan dari segi zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Mereka menyusun argumen mengenai keesaan Tuhan yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Sifat wahdaniyah mengisyaratkan bahwa Allah (SWT) adalah satu dan suci dari segala bentuk sekutu. Dalam konteks ini, wahdaniyah berarti bahwa Allah (SWT) esa dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya.
Al-Hud-hudi menjelaskan bahwa kajian ini menegaskan penegasian sekutu dari Tuhan, yang bertentangan dengan konsep wahdaniyah itu sendiri. Sifat wahdaniyah menegaskan bahwa tidak ada sekutu atau bilangan dalam zat, sifat, dan perbuatan Tuhan. Penegasan ini berujung pada pengesaan Tuhan yang mutlak. Dalam hal ini, wahdaniyah mengimplikasikan bahwa Allah (SWT) tidak memiliki tubuh yang dapat terpecah dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya dalam hal ketuhanan.
Syekh Nawawi Banten menyebutkan enam jenis sekutu atau bilangan yang dinegasikan melalui sifat wahdaniyah, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Jenis-jenis ini mencakup sekutu dalam zat, sifat, dan perbuatan Tuhan, yang semuanya mustahil ada. Dalam membicarakan keesaan Tuhan, para ulama tauhid menggunakan eksistensi alam semesta sebagai bukti. Mereka berargumen bahwa jika ada sekutu dalam ketuhanan, maka akan ada kemungkinan untuk bersepakat atau berselisih, yang menunjukkan kelemahan dari keduanya, hal ini mustahil bagi Tuhan yang Maha Kuasa.
Syekh Al-Baijuri menekankan bahwa kajian sifat wahdaniyah adalah salah satu kajian paling mulia dalam disiplin aqidah. Kajian ini mengingatkan umat Islam pada inti ajaran para nabi dan rasul, yang mengajarkan tentang keesaan dan kesucian Allah (SWT) dari segala sekutu. Islam sebagai agama monoteisme mengajarkan umat manusia untuk mengesakan dan menyucikan Allah, serta menolak segala bentuk penyekutuan.
Kelahiran Nabi Isa (AS) tanpa perantara seorang ayah menjadi salah satu bukti kuasa Allah (SWT). Hal ini tidak harus dianggap sebagai penyimpangan dari hukum akal, karena Nabi Adam (AS) diciptakan langsung dari tanah tanpa ayah dan ibu. Dengan demikian, tidak ada sekutu yang terpisah dari Allah (SWT).
Sebagai penutup, sifat wahdaniyah mencakup tiga aspek: penegasian bilangan dalam zat-Nya, penegasian sekutu dalam sifat-Nya, dan keesaan Allah dalam menciptakan dan mengatur alam tanpa perantara. Sifat wahdaniyah mengajak umat manusia untuk menolak kemusyrikan, yang merupakan dosa besar yang tidak dapat diampuni. Ajaran tauhid merupakan inti dari semua ajaran para nabi dan rasul, yang mengingatkan kita akan pentingnya mengesakan Allah (SWT).