Ketika anak bertanya, “Kufur itu apa sih?” kita dapat menjelaskan secara sederhana bahwa kufur adalah pengingkaran atau penolakan terhadap kebenaran, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Sementara itu, kafir merujuk kepada orang yang ingkar atau berbuat kufur, yaitu orang yang tidak percaya atau tidak beriman. Keimanan, di sisi lain, merupakan penerimaan atau kepercayaan terhadap sesuatu.
Contohnya, jika seseorang berkata, “Dalam sakuku ada uang sepuluh ribu rupiah,” dan kita meyakini apa yang diucapkannya, maka kita menunjukkan kepercayaan atau iman terhadap pernyataan tersebut. Dalam konteks agama, istilah kufur dan kafir memiliki makna yang lebih spesifik. Kufur sering digunakan untuk menggambarkan ketidakpercayaan kepada Allah dan Nabi Muhammad (SAW). Namun, definisi ini terbatas, karena Al-Qur’an mencakup semua tindakan yang bertentangan dengan tujuan agama.
Pengingkaran kepada Allah (SWT) dan Nabi Muhammad (SAW) diuraikan dalam Al-Qur’an, seperti dalam Surat Al-Baqarah ayat 6-7 dan ayat 89, yang menjelaskan tentang pengingkaran orang kafir meskipun telah diperingatkan. Istilah kufur juga dapat merujuk kepada orang yang tidak tahu berterima kasih, yang dikenal sebagai kufur nikmat. Kufur nikmat ini berpotensi mengundang siksa dari Allah, sebagaimana tercantum dalam Surat Ibrahim ayat 7 dan Surat Luqman ayat 12.
Sebagai contoh, jika seseorang menerima nikmat dari Allah tetapi tidak mensyukurinya atau tidak menggunakan nikmat tersebut dengan baik, maka dia disebut sebagai orang yang kufur nikmat. Misalnya, jika seseorang yang memiliki lebih dari kebutuhannya menolak untuk memberikan sebagian dari apa yang dimilikinya kepada yang membutuhkan, maka sikap tersebut juga dapat dikategorikan sebagai kufur nikmat.
Maka, kufur dan kafir tidak hanya berkaitan dengan keimanan kepada Allah, tetapi juga dengan pengingkaran atas nikmat yang diberikan, serta ketidakmampuan untuk berterima kasih atas kebaikan Allah atau kebaikan orang lain.