- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Keberadaan Tuhan dalam Perspektif Rasional

Google Search Widget

Pertanyaan mengenai keberadaan Tuhan sering kali muncul, terutama di kalangan mereka yang meragukan eksistensi-Nya. Sebab, keberadaan Tuhan tidak dapat diobservasi atau dideteksi dengan alat-alat modern. Mencari Tuhan dengan metode empiris tidak akan membuahkan hasil, karena Tuhan adalah ghaib dan tidak dapat diindra. Oleh karena itu, untuk membuktikan keberadaan Tuhan, kita perlu menggunakan penarikan kesimpulan yang bersifat rasional.

Ketika kita melihat jagat raya, kita menyadari bahwa segala sesuatu mengalami perubahan. Tidak ada yang tetap, bahkan hal-hal yang tampak tidak berubah pun pada akhirnya akan mengalami perubahan seiring waktu. Semua yang ada memiliki permulaan. Misalnya, meskipun kita tidak mengetahui kapan tetangga kita dilahirkan, kita tahu bahwa dia pasti memiliki tanggal lahir. Demikian pula dengan alam semesta; kita tidak tahu dengan pasti kapan planet ini diciptakan, tetapi kita tahu bahwa ia memiliki awal.

Selain itu, setiap benda di jagat raya memiliki sifat dan karakter khusus. Contohnya, benda-benda besar memiliki gaya tarik yang kita sebut gravitasi, api memiliki karakter membakar, dan air memiliki karakter cair. Semua karakter ini saling melengkapi dan membentuk sistem kehidupan yang saling mendukung. Meskipun kita tidak tahu secara rinci bagaimana semua itu terbentuk, kita dapat memastikan bahwa seluruh sifat dan karakter tersebut dirancang oleh suatu aktor yang berada di luar jangkauan kita. Mustahil hal yang begitu rumit terjadi secara kebetulan dan membentuk sistem yang begitu kompleks.

Ketika kita melihat dinding dari batu bata di tengah hutan, kita dapat menyimpulkan bahwa dinding tersebut dirancang dan dibuat oleh makhluk berkesadaran, bukan oleh unsur-unsur alam seperti angin atau air. Maka, bagaimana mungkin kita beranggapan bahwa jagat raya ini ada dengan sendirinya? Pertanyaan penting yang muncul adalah: Siapakah aktor yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan? Jawabannya adalah Tuhan. Meskipun kita tidak pernah melihat-Nya, kita dapat yakin bahwa Tuhan adalah penyebab utama dari segala keberadaan di alam semesta.

Keberadaan Tuhan adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa diperdebatkan. Para ulama menyebutnya sebagai “wajibul wujud”, yaitu keberadaan yang pasti dan tidak bisa disangkal. Sebaliknya, keberadaan selain Tuhan bersifat “mumkinul wujud”, yang berarti keberadaannya relatif, bisa ada atau tidak ada. Tidak ada alasan yang memastikan bahwa kita, planet ini, atau segala hal di semesta harus ada. Namun, keberadaan Tuhan adalah suatu keharusan, sebab Ia adalah penyebab dari semua yang ada.

Pertanyaan yang sering diajukan adalah siapa yang menciptakan Tuhan. Ini adalah pertanyaan yang tidak logis, karena harus ada ujung dari semua rantai penciptaan. Dalam hal ini, Tuhan adalah pencipta yang tidak diciptakan, tidak dirancang, dan sudah ada tanpa awal. Jika kita memaksakan adanya lingkaran penciptaan yang tak berujung, maka alam semesta tidak akan pernah tercipta. Logikanya, jika penciptaan semesta bergantung pada keberadaan Tuhan, sementara Tuhan juga bergantung pada penciptaan lain, maka alam semesta tidak akan ada.

Dengan demikian, ketika kita melihat bahwa alam semesta ada, itu menunjukkan adanya ujung paling akhir yang menentukan segalanya. Ujung tersebut adalah Tuhan, Sang Pencipta segala sesuatu. Penjelasan ini merupakan penjelasan universal yang dapat dipahami oleh semua manusia, tanpa memandang agama atau latar belakang. Ini adalah kebenaran rasional yang dapat diakses oleh setiap orang yang berakal. Dengan pendekatan ini, ulama dapat berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai latar belakang, menggunakan bahasa yang dapat diterima oleh seluruh umat manusia.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 15

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?