- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Tawakal dan Pola Pikir Ilmiah dalam Menghadapi Tantangan

Google Search Widget

Manusia memang rapuh, dan karena itu agama mengajarkan sikap tawakal yang mengandung makna kepasrahan. Salah satu contoh kesombongan adalah Firaun, yang tidak memiliki sikap tawakal dan merasa mampu mengontrol kehidupan, bahkan mengaku sebagai Tuhan. Firaun dikenal tidak pernah sakit, menunjukkan keyakinannya yang berlebihan terhadap kekuasaan diri.

Tawakal adalah kesadaran bahwa dalam hidup ini terdapat hukum (sistem) yang berlaku di luar kehendak manusia, yang dalam agama disebut Sunnatullah. Kesadaran akan Sunnatullah inilah yang dimiliki Nabi Yusuf (AS), yang mengajarkan masyarakat Mesir untuk bertani dan menyimpan hasil panen dengan baik. Kisah ini berawal dari mimpi raja Mesir yang melihat tujuh ekor sapi betina gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina kurus, serta tujuh tangkai gandum hijau dan tujuh tangkai gandum kering. Para pemuka kaumnya tidak mampu menakwilkan mimpi tersebut, hingga akhirnya seseorang yang selamat mengingat Yusuf (AS) dan menyarankan untuk meminta bantuannya.

Yusuf (AS) menjelaskan bahwa mereka harus bercocok tanam selama tujuh tahun berturut-turut, kemudian menyimpan hasil panen kecuali sedikit untuk konsumsi. Setelah itu, akan datang tujuh tahun sulit yang menghabiskan simpanan mereka, kecuali sedikit yang disimpan. Kemudian, akan datang tahun di mana manusia diberi hujan yang cukup dan dapat memeras anggur. Dengan demikian, masyarakat Mesir terhindar dari kelaparan.

Dalam menghadapi berbagai tantangan kesehatan dan bencana di masa kini, penting bagi kita untuk terus mengembangkan pola pikir ilmiah dan sikap positif. Kita harus saling mendukung dan menguatkan, serta menghindari pernyataan yang tidak bijak dan saling mengejek. Percayalah, usaha manusia tidak akan pernah sia-sia. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu jiwa dan raga kita.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 15

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?