- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Tiga Siasat Nabi Ibrahim (AS) dalam Membela Tauhid

Google Search Widget

Perjalanan dakwah para nabi selalu menyimpan kisah yang menarik dan penuh pelajaran. Salah satu yang patut dicermati adalah perjuangan Nabi Ibrahim (AS) dalam membela agama Allah. Tiga siasat yang diterapkannya menunjukkan kecerdikan dan keteguhan dalam menegakkan tauhid di tengah kaumnya yang terjerumus dalam kesyirikan.

Siasat pertama yang diterapkan Nabi Ibrahim (AS) adalah saat ia berencana menghancurkan berhala-berhala kaumnya. Dalam Al-Quran, ia menyatakan, “Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya,” (Surat Al-Anbiya ayat 57). Ia berpura-pura sakit untuk menghindari ajakan kaumnya beribadah kepada berhala, yang sebenarnya merupakan ungkapan sakit batin melihat kemusyrikan mereka. Ini menunjukkan bahwa kadang, sebuah strategi diperlukan untuk menolak fitnah yang lebih besar.

Kedua, ketika kaumnya menuduhnya menghancurkan berhala, Nabi Ibrahim (AS) tidak langsung mengakui. Sebaliknya, ia menuduh berhala terbesar sebagai pelakunya, sambil menempatkan kapak di leher berhala tersebut. Hal ini membuat kaumnya curiga dan memicu pertanyaan, “Siapa yang menghancurkan berhala-berhala ini?” Dengan cara ini, Nabi Ibrahim (AS) ingin menunjukkan bahwa berhala yang mereka sembah tidak memiliki kekuatan sama sekali.

Ketiga, saat menghadapi utusan Raja Shaduq yang menginginkan istrinya, Sarah, Nabi Ibrahim (AS) menyatakan bahwa Sarah adalah saudara perempuannya. Ini merupakan strategi untuk melindungi diri dan istrinya dari kekejaman raja. Dalam konteks ini, ungkapan “saudara” dimaknai sebagai saudara seiman, mengingat saat itu hanya mereka berdua yang beriman.

Meskipun Nabi Ibrahim (AS) mengakui ketiga siasat tersebut sebagai kebohongan, hal ini tidak menunjukkan bahwa beliau berbohong. Sebaliknya, ini merupakan bentuk kerendahan hati dan ketakutan terhadap murka Allah. Dalam pandangan syariat, tindakan tersebut bukanlah kesalahan, melainkan strategi yang sah demi membela agama Allah. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis, “Tidak satu pun di antara kebohongan itu kecuali demi membela agama Allah,” (HR At-Tirmidzi, nomor 3148).

Dari kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran penting tentang bagaimana Nabi Ibrahim (AS) menggunakan akal dan strategi dalam membela tauhid. Ini mengingatkan kita bahwa dalam menghadapi tantangan, pendekatan yang cerdas dan penuh pertimbangan sangatlah penting.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 15

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?