Pertikaian di kalangan sahabat Rasulullah (SAW) muncul untuk pertama kalinya setelah wafatnya beliau, ketika mereka membahas siapa yang berhak mengambil alih kepemimpinan. Guru besar Ahlussunnah wal Jamaah, Syekh Abul Hasan Al-Asy‘ari, mengidentifikasi pertikaian ini sebagai yang pertama terjadi di tengah umat Islam setelah kepergian Rasulullah (SAW), yang dipicu oleh masalah politik. Dalam karyanya, ia menjelaskan bahwa pertikaian ini terjadi ketika Rasulullah (SAW) berpulang ke rahmatullah.
Pertikaian yang lebih besar terjadi beberapa tahun kemudian antara Sayyidina Ali (RA) dan Muawiyah (RA), yang menyebabkan para sahabat terbelah menjadi tiga kelompok: satu mendukung Sayyidina Ali (RA), satu mendukung Muawiyah (RA), dan satu lagi mengambil sikap nonblok. Para ulama Ahlussunnah wal Jamaah menyatakan bahwa semua sikap politik ini didasarkan pada ijtihad, dan mereka semua adalah ahli ijtihad yang mendapatkan pengakuan keadilan dari Allah dan Rasul-Nya.
Umat Islam yang datang setelahnya disarankan untuk mencari penafsiran yang moderat agar tidak terjebak dalam sikap saling tuduh dan bela-membela yang berlebihan. Ulama menjelaskan bahwa pihak yang benar akan mendapatkan dua pahala, sedangkan yang salah akan mendapatkan satu pahala. Hal ini menunjukkan bahwa semua sahabat tetap dalam posisi adil meskipun terjadi perbedaan pendapat.
Ulama Ahlussunnah wal Jamaah menganjurkan umat Islam untuk tidak terjebak dalam perdebatan yang berkepanjangan tentang pertikaian tersebut. Jika terpaksa membahasnya, umat Islam harus menghindari sikap dengki. Penyakit dengki di sini merujuk pada sikap pemihakan yang berlebihan, yang dapat memicu konflik lebih lanjut di kalangan umat Islam.
Ulama Ahlussunnah wal Jamaah juga mengingatkan pentingnya menjaga sikap wajar dalam menghadapi perbedaan, agar tidak melahirkan keretakan di tengah umat Islam. Pembahasan berlarut-larut mengenai pertikaian politik di masa lalu, terutama yang menimbulkan fanatisme dan saling mengafirkan, dianggap sebagai tindakan yang tidak produktif dan berlebihan. Oleh karena itu, umat Islam perlu berhati-hati dalam menyikapi konflik yang melibatkan perbedaan di kalangan mereka.