- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Keterpisahan Allah dari Seluruh Makhluk

Google Search Widget

Dalam kajian ilmu tauhid, terdapat pemahaman penting mengenai keterpisahan Allah (ﷻ) dari seluruh makhluk. Banyak ulama salaf sepakat bahwa Allah terpisah (bâ’in) dari makhluk-Nya, namun sering kali terjadi kesalahpahaman tentang makna keterpisahan ini. Beberapa orang mengira bahwa keterpisahan berarti adanya jarak fisik antara Allah dan makhluk, yang jelas merupakan pandangan yang keliru.

Syekh Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa kesepakatan para ulama salaf menyatakan bahwa Allah tidak memiliki sesuatu pun dari makhluk-Nya dalam Dzat-Nya, dan sebaliknya, tidak ada sesuatu pun dari Dzat-Nya yang terdapat dalam makhluk. Ia mengkritik pandangan Jahmiyah yang berpendapat bahwa Allah berada di setiap tempat, termasuk di tempat yang tidak pantas, seperti toilet. Hal ini menunjukkan bahwa Allah (ﷻ) tidak dapat disamakan dengan makhluk, yang memiliki sifat fisik.

Ahlussunnah wal Jama’ah menolak pemahaman bahwa keterpisahan Allah dari makhluk berarti adanya jarak fisik, karena Allah bukanlah jism (bentuk materi). Oleh karena itu, tidak relevan untuk mengatakan bahwa Allah bisa terpisah atau tersambung dengan alam. Imam al-Baihaqi juga menjelaskan bahwa Allah yang Maha Qadim tidak memiliki sifat-sifat fisik seperti duduk atau berdiri, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa Allah terpisah secara fisik dari makhluk.

Dalam bahasa Arab, kata “bâ’in” atau “mubâyanah” memiliki dua makna. Makna pertama adalah keterpisahan secara fisik, yang ditolak oleh Ahlussunnah wal Jama’ah. Makna kedua adalah perbedaan yang mendasar, yaitu bahwa Allah berbeda dalam Dzat, hakikat, keberadaan, dan sifat-sifat-Nya dari seluruh makhluk. Syekh Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa makna kedua inilah yang dipegang oleh mayoritas ulama, yaitu bahwa Allah berbeda dari makhluk-Nya.

Dengan demikian, ungkapan bahwa Allah “terpisah” dari makhluk dimaksudkan untuk menunjukkan perbedaan yang mendasar dalam Dzat dan sifat-Nya, bukan berarti ada jarak fisik yang dapat diukur. Pemahaman yang keliru mengenai keterpisahan ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, termasuk anggapan bahwa Allah menyatu dengan manusia. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk memahami dengan benar konsep ini agar tidak terjerumus dalam pemikiran yang salah. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?