- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Benarkah Asy’ariyah Mendahulukan Akal daripada Teks Al-Qur’an dan Hadits?

Google Search Widget

Dalam perdebatan mengenai mazhab aqidah Asy’ariyah, muncul anggapan bahwa mereka selalu mendahulukan akal dibandingkan teks Al-Qur’an dan Hadits ketika keduanya bertentangan. Pernyataan ini sering kali disampaikan oleh beberapa pihak, termasuk Dr. Sa’id Abdul Adhim, yang mengklaim bahwa sumber validitas menurut ulama Asy’ariyah adalah akal. Namun, pemahaman ini sering kali muncul dari kesalahpahaman terhadap ajaran para ulama Asy’ariyah.

Sebenarnya, ulama Asy’ariyah meyakini bahwa tidak ada pertentangan antara ajaran yang dibawa oleh teks syariat dengan keputusan akal yang benar. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa ulama Ahlussunnah wal Jamaah menggabungkan antara ketentuan syariat dan kepastian akal, serta menegaskan bahwa tidak ada konflik antara keduanya. Dalam konteks ini, jika teks syariat tidak bertentangan dengan akal, maka teks tersebut wajib diterima. Sebaliknya, jika makna suatu teks dianggap mustahil oleh akal, maka makna tersebut harus ditakwil.

Imam al-Ghazali juga menegaskan bahwa segala hal yang dibawa oleh teks syariat harus diperinci. Jika akal dapat menerimanya, maka wajib untuk membenarkan teks tersebut. Namun, jika akal memutuskan bahwa sesuatu itu mustahil, maka teks yang bersangkutan harus ditakwil. Dalam hal ini, akal tidak bisa dipisahkan dari pemahaman teks syariat, karena tanpa penggunaan akal, teks-teks tersebut akan tampak saling bertentangan.

Sebagai contoh, dalam hal menentukan baik dan buruk, Asy’ariyah sepakat bahwa kebaikan dan keburukan hanya bisa ditentukan oleh teks syariat. Apa yang ditetapkan sebagai baik oleh syariat adalah baik meskipun akal menganggapnya buruk, dan sebaliknya. Dalam hal melihat Allah di akhirat, Asy’ariyah mengambil posisi yang moderat, mengakui bahwa Allah dapat dilihat tanpa perlu mengaitkan-Nya dengan jisim atau arah tertentu, sesuai dengan dalil tekstual yang ada.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Asy’ariyah tidak mendahulukan akal di atas teks syariat. Sebaliknya, mereka mengajarkan bahwa akal harus tunduk kepada dalil tekstual, dan dalam banyak kasus, penggunaan akal justru membantu pemahaman yang lebih mendalam terhadap syariat. Ini menunjukkan bahwa ajaran Asy’ariyah sebenarnya sejalan dengan prinsip-prinsip Ahlussunnah wal Jamaah, yang menekankan pentingnya menerima dan memahami apa yang dibawa oleh Rasulullah (SAW) tanpa menolak atau mempertentangkannya dengan akal yang benar.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 15

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?