Nabi Muhammad bersabda: “Mutu Qabla An Tamautu,” yang berarti “Matikan dirimu sebelum kamu mati.” Abu Mu’jam mengatakan, “Barangsiapa yang tidak merasa mati, niscaya dia tidak dapat melihat atau bermusyahadah kepada Al-Haq.”
Kunci untuk berjumpa dan melihat Allah Ta’ala adalah setelah merasakan mati. Mati yang dimaksud di sini adalah kematian rasa kemanusiaan kita setelah tenggelam dalam dzikir siir, melalui empat tahap mati: mati tabi’i (dzikir qalbi), mati ma’nawi (dzikir lathifatul ruh), mati suri (dzikir lathifatus sirri), dan mati hissi (dzikir lathifatul kullu jasad). Semua pengalaman mati ini hanya bisa didapat lewat thariqatullah (jalan kepada Allah). Dengan jalan inilah kita bisa menemukan sesuatu yang Maha Nyata (Ad-Dzahir).
– Mati Tabi’i: Mati indra yang lima, seluruh anggota tubuhnya secara lahir dan batin berdzikir “Allah Allah,” dan suara alam ini seolah berdzikir dan terdengar membaca kalimat “Allah Allah,” berdzikir dengan sendirinya, hingga yang tinggal hanyalah rasa rindu terhadap Allah. Orang yang telah merasakan mati tabi’i adalah orang yang telah sampai dengan rahmat Allah pada maqam tajalli af’alullah (nyata perbuatan Allah SWT).
– Mati Ma’nawi: Merasakan dirinya lahir dan batin telah hilang, dan seluruh alam ini telah lenyap, yang ada hanyalah kalimat “Allah Allah” semata-mata di mana pun ia memandang, kalimat Allah yang ditulis dengan Nur Muhammad. Orang yang telah merasakan mati ma’nawi adalah orang yang telah sampai dengan rahmat Allah pada maqam asma Allah SWT, atau biasa disebut maqam tajalli asma (nyata nama Allah SWT), nama dengan yang punya nama tidak terpisahkan sedikit pun. “Dengan nama Allah SWT, yang tidak memberi mudarat/binasa di langit dan di bumi dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
– Mati Suri: Dalam perasaan orang itu telah lenyap segala warna-warni, yang ada hanya nur semata-mata, yakni Nurullah, Nur Dzatullah, Nur Sifatullah, Nur Asma Allah, Nur Af’alullah, Nur Muhammad, Nur Baginda Rasulullah, Nur Samawi, Nur ‘Ala Nur. Inilah orang yang telah diberi pelita oleh Allah untuk meluruskan jalannya. Orang yang telah merasakan mati suri adalah orang yang telah sampai dengan rahmat Allah pada maqam tajalli sifattullah (nyata sifat Allah).
– Mati Hissi: Dalam perasaannya telah lenyap dalam kalimat Allah, dan telah lenyap pula seluruh alam ini secara lahir dan batin, serta lenyap pula nur yang tadinya terang benderang. Yang ada dan dirasakannya adalah Dzat Allah SWT, bahkan dirinya sendiri pun dirasakannya hilang musnah; ia telah dibunuh oleh Allah SWT. Dan Dialah sebagai gantinya. Firman Allah SWT dalam hadis Qudsi: “Bahwasanya hamba-Ku, apabila Aku telah kasihi, Aku bunuh ia, lalu apabila telah Aku bunuh, maka Aku-lah sebagai gantinya.”
Wallahu’alam Ta’ala.
https://www.facebook.com/share/p/gcq968BwcC74zerU/?mibextid=lOuIew