Shalat Idul Adha merupakan ibadah yang disyariatkan untuk dilakukan secara berjamaah, namun juga dapat dilakukan secara individu, baik saat dalam perjalanan maupun tidak. Ibadah ini terbuka bagi laki-laki maupun wanita.

Dalam beberapa situasi tertentu, memungkinkan untuk menyelenggarakan shalat Id khusus bagi perempuan. Namun, apakah masih disunahkan khutbah Id dengan khatib perempuan?

Prinsip dasar tentang hukum khutbah Id adalah sunah. Disunahkan memberikan khutbah meskipun hanya untuk dua orang, bahkan jika mereka sedang dalam keadaan musafir dan meskipun waktu shalat telah lewat. Khutbah tidak disunahkan untuk satu orang maupun jamaah perempuan, kecuali jika terdapat seorang laki-laki yang menjadi khatib untuk memberikan khutbah kepada mereka.

Lebih jelasnya, Syekh Nawawi Banten menjelaskan bahwa khutbah Idul Adha sama persis dengan khutbah Jumat dalam rukun dan sunah-sunahnya, serta khatibnya harus merupakan laki-laki menurut pendapat yang diakui.

Imam As-Syafi’i menyatakan bahwa perempuan tidak diperbolehkan memberikan khutbah, meskipun seluruh jamaahnya adalah perempuan, karena khutbah merupakan salah satu hal yang khusus dilakukan oleh laki-laki. Sebagai alternatif, perempuan dapat memberikan mau’idzah sebagai penggantinya.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa boleh menyelenggarakan jamaah shalat Id khusus perempuan tanpa khutbah Id, kecuali jika terdapat seorang laki-laki yang bertindak sebagai khatib. Hal ini disebabkan khatib harus merupakan laki-laki menurut pandangan yang diakui.

Perlu dicatat bahwa antara khutbah dan mau’idzah memiliki kesamaan dalam substansi sebagai ucapan nasihat keagamaan. Namun, mau’idzah lebih fleksibel sementara khutbah memiliki struktur formal yang harus dipenuhi untuk keabsahannya seperti syarat, rukun, kewajiban, dan sunah-sunahnya.

Semoga penjelasan di atas dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai hal ini. Semoga juga kita senantiasa diberikan petunjuk dan keberkahan dalam menjalankan ibadah kita.