Di era globalisasi, interaksi anak-anak dengan berbagai latar belakang agama semakin sering terjadi. Hal ini sering kali memunculkan pertanyaan, terutama saat hari raya tiba dan hadiah saling bertukar. Salah satu pertanyaan yang mungkin muncul adalah bagaimana sikap orang tua Muslim jika anak menerima hadiah Natal dari teman non-Muslim.
Penting untuk mengajarkan pada anak tentang keragaman keyakinan dan pentingnya menghormati perbedaan. Mengajarkan bahwa setiap orang memiliki keyakinan agama yang berbeda dan bahwa menerima hadiah dari non-Muslim bukanlah hal yang melanggar ajaran Islam.
Ajarkan anak untuk memahami bahwa manusia diciptakan dalam beragam suku, ras, bahasa, dan agama untuk saling mengenal dan belajar dari satu sama lain. Allah menciptakan manusia agar saling mengenal dan saling menolong, bukan untuk saling bermusuhan.
Dalam konteks menerima hadiah Natal dari non-Muslim, orang tua dapat merujuk pada pendapat ulama terkait hukum menerima hadiah dari non-Muslim. Menurut Imam Nawawi, menerima hadiah dari non-Muslim diperbolehkan dalam Islam, selama isinya tidak melanggar ajaran agama.
Allah memerintahkan umat Islam untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap semua orang, termasuk non-Muslim. Kebaikan, keadilan, dan kasih sayang harus menjadi prinsip hidup umat Islam, tanpa memandang perbedaan keyakinan.
Rasulullah SAW sendiri pernah menerima hadiah dari penguasa non-Muslim sebagai bentuk diplomasi dan memperkuat hubungan antar umat. Penerimaan hadiah ini juga mencerminkan sikap toleransi dan perdamaian yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Dengan membimbing anak tentang menghormati perbedaan, memahami keragaman keyakinan, dan menjalankan ajaran Islam dalam berinteraksi dengan non-Muslim, kita dapat membentuk generasi yang toleran, menghargai perbedaan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan serta keadilan dalam hubungan antar umat beragama.