Belakangan ini, beredar kabar bahwa Indonesia memiliki jumlah keluarga fatherless terbanyak di dunia. Data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 20,9% anak-anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah. Hal ini menjadi sorotan penting mengingat peran ayah yang signifikan bagi perkembangan anak.
Menurut data Susenas 2021, dari 30,83 juta anak usia dini di Indonesia, sekitar 2.999.577 orang tidak tinggal bersama ayahnya. Faktor-faktor seperti kematian ayah, perceraian orang tua, atau ketidaktanggungjawaban ayah dapat menjadi penyebab fatherless. Dampaknya sangat beragam, mulai dari masalah perilaku hingga masalah emosional yang serius.
Survei Kekhawatiran Nasional menunjukkan bahwa 53% responden merasa kekhawatiran terbesar mereka terkait dengan menjadi orang tua. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa fatherless semakin marak di Indonesia. Tingginya angka perceraian juga turut menyumbang pada fenomena fatherless, dimana anak kehilangan salah satu orang tua akibat perceraian.
Budaya gender patriarki juga ikut memperkuat angka fatherless di Indonesia, dengan masih adanya pandangan bahwa perempuan yang lebih bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan peran antara ayah dan ibu dalam pengasuhan anak.
Dampak fatherless pada perkembangan anak sangat nyata. Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung mengalami masalah emosional, perilaku, dan akademik. Mereka rentan terhadap depresi, kecemasan, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, dan bahkan kriminalitas. Kehadiran ayah dalam keluarga sangat penting untuk memberikan kasih sayang, dukungan, dan bimbingan kepada anak.
Peran ayah dalam keluarga tidak bisa diremehkan. Ayah memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengarahkan, serta memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak. Peran ayah yang aktif dalam pengasuhan akan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak secara menyeluruh.
Melalui tafsiran Al-Qur’an, tergambar jelas betapa pentingnya peran ayah dalam keluarga. Ayah diharapkan dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya, mengajarkan nilai-nilai moral dan agama, serta memberikan kasih sayang serta perlindungan yang dibutuhkan anak dalam tumbuh kembangnya.
Kesadaran akan pentingnya peran ayah dalam keluarga menjadi kunci untuk mengurangi angka fatherless di Indonesia. Dengan keterlibatan aktif dari ayah dalam pengasuhan anak, diharapkan dapat menciptakan generasi yang lebih seimbang dan berkualitas di masa depan.