Dalam ajaran agama Islam, amalan tahlilan, zikir, doa, dan ziarah kerap menjadi bagian penting dalam kehidupan umat. Menurut penjelasan Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari, amalan-amalan tersebut seperti tahlilan, zikir, doa, ziarah, istighfar, serta amalan lain yang dilakukan umat NU dan Ahlussunnah wal Jamaah secara umum telah sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan pandangan ulama salaf.
Pandangan yang diungkapkan Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari mengenai manfaat amal orang yang masih hidup bagi ahli kubur menjadi sorotan penting. Beliau menjelaskan bahwa amal jariyah yang ditinggalkan oleh ahli kubur selama hidupnya serta doa umat Islam, permohonan ampunan, sedekah, dan haji untuk ahli kubur adalah hal yang dapat memberikan manfaat kepada mereka.
Dalam perspektif Ahlussunnah wal Jamaah, mayoritas ulama salaf berpendapat bahwa semua amal ibadah yang dilakukan oleh umat dapat tersampaikan pahalanya kepada ahli kubur. Sementara itu, kelompok ahli bid’ah berpendapat sebaliknya. Namun, pandangan ini tidaklah sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadits.
Imam Al-Ghazali juga mengungkapkan bahwa ziarah kubur bukan hanya memberikan manfaat bagi peziarah yang mengambil hikmah dari ziarah tersebut, tetapi juga bagi ahli kubur yang menerima doa dan amal ibadah dari para peziarah.
Melalui hadits Riwayat Imam Muslim dan penjelasan Imam An-Nawawi, terlihat bahwa doa secara ghaib atau doa untuk orang lain memiliki keutamaan tersendiri. Mendoakan saudara secara ghaib dianggap mustajab dan memiliki manfaat yang dapat kembali kepada doa tersebut.
Dengan demikian, amalan tahlilan, zikir, doa, dan ziarah merupakan bentuk ibadah yang memiliki nilai penting dalam ajaran Islam. Perspektif ulama-ulama terdahulu seperti Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari, Imam Al-Ghazali, dan Imam An-Nawawi turut memberikan pemahaman yang mendalam mengenai hal ini. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca.