Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah swt yang berjumlah 99. Salah satu keutamaan dari nama-nama tersebut adalah kemampuannya sebagai perantara agar doa lebih mudah dikabulkan. Oleh karena itu, dalam berdoa disarankan untuk menyertakan Asmaul Husna. Sebagai contoh, untuk memohon kelancaran rezeki, kita dapat memperbanyak dzikir dengan lafal ar-Razzâq (الرَّزَّاق), begitu pula untuk memohon ampunan, kita dapat memperbanyak bacaan dengan lafal at-Tawwâb (التَّوَّاب), dan lain sebagainya. Allah swt berfirman, “Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 180).
Dalam beberapa hadits, juga ditegaskan mengenai keutamaan Asmaul Husna. Salah satunya adalah sabda Nabi saw yang mengajarkan sebuah doa untuk menghilangkan kesedihan dan kesusahan seseorang. Dalam praktiknya, penggunaan Asmaul Husna dalam doa juga sering dibuat dalam bentuk jimat. Contohnya adalah menulis kata ar-Razzâq (الرزاق) dengan jumlah tertentu di kain untuk mendapatkan kelancaran rezeki, atau menulis kata al-Ḫâfidz (الحافظ) agar selalu mendapatkan penjagaan dari Allah swt. Meskipun banyak yang menyebut praktik ini sebagai pembuatan jimat, Islam memiliki pandangan khusus terkait hal tersebut.
Perlu diketahui bahwa kata ‘jimat’ dalam bahasa Arab adalah ‘tamimah’. Syekh Abu Thayyib Muhammad Syamsul Haq al-Adzim Abadi menjelaskan bahwa tamimah adalah sebutan untuk benda yang diyakini bisa mencegah seseorang dari bahaya tertentu. Namun, keyakinan semacam itu dianggap bodoh dan sesat karena hanya Allah lah yang memiliki kekuatan untuk mencegah dan menolak bahaya. Penggunaan Asmaul Husna sebagai jimat berbeda dengan praktik jahiliyah yang menggunakan benda-benda fisik dengan kekuatan magis.
Dalam hadits, disebutkan bahwa ruqyah (penyembuhan dengan ayat-ayat Al-Qur’an), tamimah (jimat), dan tiwalah (pengasihan) termasuk dalam bentuk syirik. Namun, penggunaan Asmaul Husna sebagai jimat tidak termasuk dalam larangan tersebut karena lafal-lafal tersebut merupakan bagian dari keagungan Allah dalam Islam. Penting untuk menjaga kemuliaan Asmaul Husna dengan tidak meletakkannya di tempat yang tidak pantas, seperti kamar mandi atau saku celana. Rasulullah saw sendiri ketika akan masuk ke WC selalu melepas cincinnya yang bertuliskan ‘Muhamadur Rasulullah’.
Dalam pembuatan jimat menggunakan Asmaul Husna, disarankan untuk memperoleh sumber yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, serta memiliki seorang guru yang kompeten. Penting untuk tidak mengambil asal dari internet tanpa mengetahui keotentikannya.
Secara keseluruhan, penggunaan Asmaul Husna untuk membuat jimat diperbolehkan dalam Islam dengan catatan meyakini bahwa hanya Allah lah yang memberi manfaat dan menolak keburukan, serta tetap menjaga kemuliaan Asmaul Husna dengan bijaksana. Semoga pengetahuan ini bermanfaat bagi kita semua.