Jihad dalam Islam merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai ridha Allah. Hal ini tercermin dalam Surat Al-Hajj ayat 8 yang memotivasi umat Islam untuk berjihad secara maksimal. Selain itu, hadits Rasulullah saw juga menegaskan keutamaan jihad sebagai amal yang tidak ringan.

Menurut riwayat Imam Bukhari, jihad menempati posisi ketiga setelah shalat pada waktunya dan berbakti kepada orang tua. Ini menggarisbawahi pentingnya jihad dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Jihad dapat diwujudkan dalam berbagai profesi, seperti bagi tentara dengan latihan dan perang, bagi pekerja dengan ketertiban dalam aturan kantor, serta bagi pelajar atau mahasiswa dengan belajar sungguh-sungguh untuk meraih prestasi akademik yang baik.

Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin menyebutkan enam jenis golongan yang harus berjihad di jalan Allah sesuai dengan lapangan masing-masing. Enam golongan tersebut meliputi ahli ibadah, ulama/akademisi/ilmuwan/intelektual, pelajar/santri/mahasiswa, pejabat publik, pekerja ragam profesi termasuk aparat-tentara, dan orang yang tenggelam dalam keesaan Allah.

Setiap orang yang berjuang di lapangan profesi masing-masing dianggap sebagai orang yang menempuh jalan akhirat. Meski aktivitas mereka berbeda, tujuan mereka tetap sama yaitu berjuang di jalan Allah. Seperti yang terdapat dalam Surat Al-Isra ayat 84, semua orang yang berbuat baik berjihad di jalan Allah.

Jadi, jihad tidak hanya terbatas pada perang, namun juga meliputi berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Anak-anak pun diajak untuk berjihad dengan belajar sungguh-sungguh agar dapat menyerap ilmu di sekolah sebagai tugas utama mereka. Di samping itu, taat pada orang tua, hormat kepada kakak, sayang kepada adik-adik, serta bersikap ramah terhadap sahabat dan tetangga juga merupakan bentuk jihad dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.