Beribadah shalat merupakan kewajiban dalam agama Islam yang dilakukan oleh umat Muslim. Dalam menjalankan ibadah shalat, terdapat dua bentuk keringanan yang diperbolehkan, yaitu jamak dan qashar. Kedua bentuk ini merupakan rukhsah atau keringanan yang diberikan kepada individu yang mengalami sebab tertentu sehingga dapat menjalankan shalat dengan cara yang disesuaikan.

Pertanyaan muncul, apakah setiap shalat yang dapat dijamak secara langsung juga boleh dilakukan dengan cara diqashar? Jawabannya tidak selalu demikian. Qashar hanya boleh dilakukan saat seseorang dalam keadaan bepergian. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat An-Nisa’ ayat 101 yang menyebutkan bahwa dalam bepergian, seseorang diperbolehkan untuk mengqashar shalat.

Namun, perjalanan yang dimaksud dalam ayat tersebut hanya terbatas pada perjalanan jauh (safar thawil), bukan perjalanan pendek. Ulama memiliki perbedaan pendapat mengenai batasan jarak perjalanan yang dianggap jauh, namun umumnya berkisar sekitar 89 km.

Di sisi lain, jamak shalat tidak hanya berlaku dalam perjalanan jauh, tetapi juga bisa dilakukan dalam perjalanan jarak dekat atau saat hujan. Beberapa ulama mendukung pendapat ini, seperti yang dijelaskan dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin.

Meskipun ada yang memperbolehkan qashar saat perjalanan dekat, pendapat ini dianggap syadz atau tidak dapat dijadikan landasan hukum. Sebaliknya, jamak shalat saat hujan memiliki ketentuan-ketentuan tertentu yang harus dipenuhi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak semua shalat yang bisa dijamak langsung dapat dilakukan dengan cara diqashar. Qashar hanya diperbolehkan saat bepergian jauh, sementara jamak shalat memiliki sejumlah kondisi tambahan seperti perjalanan dekat atau cuaca hujan. Penting untuk memahami hal ini agar ibadah shalat dilakukan sesuai tuntunan agama dan tidak terjebak dalam pemahaman yang keliru.