Allah menciptakan jin dan manusia dengan tujuan utama agar beribadah dan tunduk kepada-Nya. Di akhirat, setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas amal ibadahnya. Tidak ada alasan yang dapat digunakan untuk membela diri terhadap ketidakmampuan beribadah, karena Allah telah menyiapkan empat contoh hamba yang akan menjadi hujjah-Nya di hadapan hamba lain.
Pertama, Allah akan menggunakan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam sebagai hujjah bagi orang-orang kaya. Meskipun dikenal sebagai nabi dan penguasa terkaya di dunia, Nabi Sulaiman tetap menjalankan ibadah tanpa terganggu oleh kekayaan dan kekuasaannya yang melimpah.
Kedua, Allah akan menghujjah para budak dan orang-orang yang sibuk melayani majikan mereka dengan contoh Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Meski sebagai hamba sahaya, Nabi Yusuf tetap setia menjalankan perintah Allah tanpa terpengaruh oleh kesibukan melayani tuannya.
Ketiga, Allah akan menggunakan Nabi Ayyub ‘alaihissalam sebagai hujjah bagi hamba-Nya yang diuji penyakit. Meskipun diuji dengan penyakit berat dan ditinggalkan oleh kerabat serta orang terdekatnya, Nabi Ayyub tetap bersabar dan tidak melalaikan ibadah.
Keempat, Allah akan memakai Nabi Isa ‘alaihissalam sebagai hujjah bagi kaum miskin dan fakir. Meskipun hidup dalam kefakiran total, Nabi Isa tetap beribadah tanpa terpengaruh oleh kekurangan materi.
Empat contoh di atas menunjukkan bagaimana Allah akan menggunakan hamba-Nya sebagai bukti dan hujjah bagi individu lain di akhirat. Perenungan atas empat contoh tersebut semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk tetap istiqamah dalam menjalankan ibadah tanpa terpengaruh oleh segala bentuk kesibukan atau keterbatasan yang ada. Semoga kita selalu diberikan kekuatan dan keteguhan dalam beribadah kepada Allah.