Hari Asyura, tanggal 10 Muharram, memiliki makna penting dalam sejarah yang penuh dengan kebahagiaan dan kesedihan. Pada hari ini, terjadi peristiwa penyelamatan Nabi Musa dan Bani Israil dari Fir’aun. Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut atas perintah Allah, sehingga laut terbelah dan mereka selamat sementara Fir’aun dan pasukannya celaka.
Sebagai ungkapan kebahagiaan atas peristiwa tersebut, Nabi Muhammad ﷺ menganjurkan umatnya untuk berpuasa. Namun, pada hari yang sama juga terjadi peristiwa tragis yaitu pembunuhan Sayyidina Husain, cucu Nabi Muhammad ﷺ. Kedua peristiwa ini menciptakan dualitas antara kebahagiaan dan kesedihan.
Dalam menghadapi momen seperti ini, ada pandangan yang mengatakan bahwa kebahagiaan seharusnya lebih didahulukan daripada kesedihan. Meskipun terdapat peristiwa sedih, seperti wafatnya Sayyidina Husain, namun kebanggaan atas syahidnya beliau juga harus dihargai. Sejarah peristiwa-peristiwa tersebut mengandung pelajaran berharga yang patut untuk diingat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai emosi dan peristiwa yang beragam. Ada saat-saat kebahagiaan dan juga kesedihan. Namun, penting bagi kita untuk tetap menjaga keseimbangan antara dua perasaan tersebut. Kebahagiaan seharusnya menjadi prioritas utama tanpa mengurangi rasa hormat terhadap peristiwa-peristiwa tragis yang terjadi.
Dengan menggali makna dari momen Asyura yang penuh dengan dualitas kehidupan, kita diajarkan untuk lebih menghargai setiap momen kebahagiaan yang kita temui. Keseimbangan emosi dan penghormatan terhadap peristiwa penting dalam sejarah adalah kunci untuk menjalani kehidupan dengan bijak dan penuh penghargaan.