Angka bukan sekadar simbol dalam kehidupan manusia. Dalam ajaran Islam, angka memiliki makna yang dalam terutama ketika terkait dengan lafal Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah. Selain sebagai representasi, angka juga bisa menjadi penanda keistimewaan yang tersembunyi.
Dalam Kifâyatul Atqiyâ wa Minhâjul Ashfiyâ, Syekh Muhammad Syatha Dimyathi mengungkapkan makna angka 7 dan 24 yang terkandung dalam lafal suci tersebut. Angka 7 melambangkan tujuh anggota badan manusia, tujuh pintu neraka, dan tujuh kata dalam lafal tersebut. Dengan membaca lafal ini, diharapkan dosa-dosa dari ketujuh anggota badan dapat diampuni oleh Allah.
Sementara itu, angka 24 menunjukkan jumlah jam dalam sehari semalam, sesuai dengan jumlah huruf pada lafal Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah. Setiap huruf dalam lafal ini diyakini dapat menghapus dosa selama satu jam bagi yang membacanya.
Hadis juga menyebutkan bahwa barangsiapa yang menutup perkataannya dengan lafal Lâ ilâha illa-Llâhu saat meninggal dunia, akan masuk surga. Namun, keberuntungan dan surga semata-mata berasal dari karunia dan rahmat Allah kepada hamba-Nya.
Dengan memahami makna angka dalam lafal suci ini, umat Islam diharapkan dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui keimanan, ketakwaan, dan amal shalih. Lafal Lâ ilâha illa-Llâhu Muhammad Rasuulullah bukan hanya sekadar kata-kata, namun merupakan salah satu ikhtiar manusia menuju surga yang sejati.