Manusia dan hewan, keduanya termasuk dalam kategori barang bergerak. Manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya melalui gerakan tubuh, mulut, dan jiwa. Dalam proses interaksi ini, manusia berhubungan dengan makhluk lain melalui berbagai bentuk komunikasi, baik verbal maupun non-verbal. Manusia dan hewan memiliki kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang terjadi di sekitar mereka, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Persepsi terhadap lingkungan luar dan batin seseorang dapat memengaruhi apakah ia akan bersikap buruk sangka atau baik terhadap orang lain.
Buruk sangka, atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai suudzan, merujuk pada kesalahan dalam menilai atau menerima seseorang atau sesuatu. Sikap ini dapat mengaburkan hubungan seseorang dengan orang lain. Kerenggangan dalam hubungan ini tidak diinginkan oleh agama maupun kodrat manusia. Ketika hubungan menjadi buram akibat buruk sangka, hal ini dapat mengubah arah sejarah masa depan seseorang, bahkan menyulitkan pikiran dan kehidupannya.
Dalam konteks ajaran agama Islam, terdapat penekanan yang kuat terhadap pentingnya menjauhi buruk sangka. Bahkan, dalam fiqih yang menjadi acuan hukum bagi masyarakat Nahdliyin, terdapat ajaran moral yang sangat mengagumkan. Manusia dilarang untuk bersikap buruk sangka terhadap sesama manusia maupun hewan, bahkan terhadap anjing sekalipun yang dianggap sebagai hewan yang najis. Hal ini sejalan dengan ajaran moral yang disampaikan oleh para ulama seperti Sayid Bakri bin Sayid Syatha Dimyathi dalam karyanya.
Fiqih tidak hanya sebagai kumpulan aturan hukum semata, tetapi juga sebagai sarana untuk menyebarkan nilai-nilai moral kepada masyarakat. Melalui fiqih, seruan moral dapat disampaikan dengan efektif kepada masyarakat. Pembelajaran fiqih, termasuk dalam bab Air yang menjadi dasar sebelum mempelajari aspek ibadah lainnya, dapat memberikan solusi atas masalah buruk sangka yang telah lama menghantui hubungan antarmanusia.
Semangat anti buruk sangka yang dijunjung tinggi oleh para ulama bukanlah tanpa alasan. Larangan untuk bersikap buruk sangka terhadap sesama manusia merupakan perintah Allah yang harus dipatuhi. Dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 12, Allah menegaskan pentingnya menjauhi buruk sangka dan fitnah terhadap sesama manusia. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini, diharapkan hubungan antarmanusia dapat menjadi lebih harmonis dan penuh kasih sayang.
Tulisan ini pertama kali diterbitkan di NU Online pada Kamis, 29 Maret 2012 pukul 01:58 waktu setempat. Redaksi kembali mempublikasikan tulisan ini dengan sedikit penyuntingan agar dapat terus memberikan manfaat.