Imam al-Haramain, yang memiliki nama asli Abu al-Ma’âlî Abd al-Mâlik Ibn Abdillâh Ibn Yûsuf al-Juwainî, dikenal sebagai salah satu sosok penting dalam dunia intelektual Islam. Beliau lahir di kota Nishâbûr, Iran (Persia) pada tahun 410 H atau menurut riwayat lain pada tahun 417 H. Al-Juwainî merupakan guru langsung dari tokoh terkenal seperti Ibn Jauzî dan al-Ghazâlî.
Salah satu karya terkenal beliau adalah kitab al-Burhân fî Ushûl al-Fiqh, yang diakui sebagai salah satu kitab ushul fiqh pertama yang disusun secara komprehensif setelah al-Risâlah li al-Syâfi’i. Di samping itu, beliau juga menciptakan kitab al-Waraqât yang mendukung skematisasi ushul fiqihnya.
Imam al-Haramain dikenal sebagai peletak landasan utama dalam pemikiran maqâshid al-syarî’ah, atau tujuan pokok syariat. Konsep ini menitikberatkan pada pencarian dan perumusan tujuan utama dari syariat Islam. Beliau membedakan tujuan syariat menjadi maslahat primer (al-dlarûriyah), sekunder (hâjiyah), dan tersier (tahsîniyah).
Dalam kitab al-Burhân fi Ushûl al-Fiqh, Imam al-Haramain menjelaskan konsep ‘ilâl (alasan) dan ushûl (dalil pokok) dalam mewujudkan maqâshid syarî’ah. Beliau menguraikan 5 poin pokok ushul syarî’ah, yang meliputi ushul yang berkaitan dengan kepentingan dlarûri (primer), kepentingan umum bersama, norma-norma sosial, perkara sunnah, dan perkara yang tidak bisa dipahami maknanya.
Imam al-Haramain menekankan pentingnya pemahaman terhadap tujuan syariat dalam menetapkan hukum-hukum syarî’at. Beliau menerima untuk diperdebatkan agar metode qiyâs dapat diterapkan dalam pemahaman terhadap ushul syarî’ah.
Kesimpulannya, Imam al-Haramain merupakan figur penting dalam sejarah pemikiran Islam, khususnya dalam konsep maqâshid al-syarî’ah. Pemikirannya yang mendalam tentang tujuan utama syariat menjadi landasan bagi pengembangan pemikiran selanjutnya dalam bidang ushul fiqh.