- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Mengenang Kejadian Hoaks dalam Politik: Pelajaran dari Sejarah Nabi

Google Search Widget

Beberapa hari belakangan, dunia maya dihebohkan oleh penyebaran hoaks yang dilakukan oleh sejumlah elit politik. Kebohongan ini dimulai dari seorang tokoh yang mengklaim telah menjadi korban kekerasan oleh pihak tak dikenal. Hal ini menimbulkan simpati dan dukungan dari masyarakat, yang kemudian menuntut agar kasus ini diusut tuntas karena diduga terkait motif politik lawan.

Namun, setelah penyelidikan polisi dilakukan, terungkap bahwa kasus tersebut adalah hoaks, tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Pihak yang bersangkutan akhirnya mengakui kebohongannya dan meminta maaf kepada publik serta elit politik yang terpengaruh.

Reaksi dari masyarakat pun bermacam-macam. Banyak yang kecewa dengan perilaku pelaku yang menyebarkan berita bohong tersebut. Bahkan, ada usulan untuk menetapkan tanggal 3 Oktober sebagai Hari Hoaks Nasional.

Menariknya, ada pandangan yang menyatakan bahwa elit politik yang menerima dan menyebarkan hoaks sebenarnya juga menjadi korban dalam situasi ini, seperti halnya Nabi yang pernah mengalami perlakuan tidak adil. Namun, penting untuk tidak mempolitisasi nama baik Nabi Muhammad sebagai alat pembelaan dalam konteks politik praktis.

Sejarah mencatat bahwa Nabi pernah dikhianati oleh sekelompok musyrik yang meminta beliau untuk mengutus 70 pengajar Al-Quran dan Sunnah. Para utusan tersebut kemudian dibantai sebelum sampai ke tujuan mereka. Kisah ini mengajarkan bahwa Nabi tidak terliba-baikan oleh fitnah dan kebohongan.

Syekh Ibnu Hajar al-Haitami menegaskan bahwa membandingkan situasi politik dengan kisah Nabi yang pernah ditipu justru dapat membuka pintu untuk menghina Nabi. Beliau menegaskan bahwa derajat Nabi jauh lebih tinggi dan tidak pantas untuk dibanding-bandingkan dengan siapapun.

Dalam pandangan Syekh Ibnu Hajar, pemerintah diharapkan dapat mengambil tindakan tegas terhadap pelaku yang merendahkan Nabi. Demikian pula para ulama diharapkan untuk mencegah masyarakat dari meniru perilaku tersebut.

Sebagai umat Muslim, kita harus menjauhi tindakan yang dapat merendahkan kemuliaan Nabi. Politik harus selalu berlandaskan pada nilai-nilai akhlak dan teladan dari Rasulullah, tanpa mempolitisasi nama beliau untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Kita harus belajar dari sejarah dan mengambil pelajaran berharga dari kisah-kisah yang terjadi. Semoga kita selalu dijauhkan dari perilaku yang dapat merusak kemuliaan dan keagungan Nabi Muhammad.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

February 5

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?