Di dunia ini, kita tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui siapa di antara kita yang akan menjadi ahli surga atau ahli neraka, kecuali bagi mereka yang mendapatkan jaminan masuk surga seperti yang dijanjikan oleh Rasulullah. Beberapa di antaranya termasuk Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, dan lainnya. Namun, di luar dari kelompok yang telah dijamin tersebut, tidak ada yang dapat memastikan nasib seseorang di surga atau neraka.
Salah satu ciri orang ahli surga adalah kehidupannya yang penuh dengan kesedihan, kegelisahan, tangisan, dan ketakutan akan adzab Allah. Kesedihan yang dirasakan oleh mereka bukanlah karena masalah duniawi, melainkan karena mereka memikirkan hubungan mereka dengan Allah, nasib akhirat mereka, dan sebagainya. Allah menggantikan kesedihan tersebut dengan kebahagiaan di akhirat kelak.
Sebaliknya, orang yang cenderung akan masuk neraka adalah mereka yang selalu hidup dalam kegembiraan dan tawa di dunia, tanpa memikirkan akhirat.
Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan nasib akhirat. Islam mengajarkan bahwa kehidupan ini bukan hanya sekadar makan, bekerja, dan bersenang-senang semata. Kita perlu memikirkan akhirat secara serius agar tidak terlena oleh godaan dunia yang dapat membuat kita lalai dan terjerumus dalam perbuatan yang tercela.
Sebagai umat Islam, kita perlu memperhatikan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan dalam setiap langkah kehidupan kita agar tetap teguh di jalan yang benar.