- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kebaikan dalam Menjalani Syariat Puasa

Google Search Widget

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu diwajibkan untuk terus meningkatkan kebaikan dan selalu berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seperti yang diungkapkan dalam pepatah, “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.” Penting untuk diingat bahwa berhenti dan merasa puas dengan pencapaian yang telah diraih tidaklah dianjurkan. Hal yang sama berlaku dalam praktik keagamaan kita.

Sejak awal, kita diajarkan untuk mengikuti ajaran Islam, melaksanakan kewajiban dan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah dan ulama yang patut diteladani. Namun, hal ini tidak boleh berhenti di situ. Masih banyak ilmu Allah yang belum kita ketahui. Pemahaman dan praktek keagamaan kita harus terus berkembang tanpa merasa puas dengan pencapaian tertentu.

Puasa Ramadan merupakan bagian dari syariat Islam dan menjadi salah satu rukun Islam. Allah memerintahkan umat-Nya yang beriman untuk menjalankan puasa dengan tujuan menjadi individu yang bertakwa. Takwa ini akan membawa pelaku puasa lebih dekat dengan Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran: “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Bagaimana seseorang dapat mencapai tingkat takwa yang membawa mereka lebih dekat kepada Allah? Menurut Kitab Kifayatul Atqiya’wa Minhajul Ashfiya’ karya Sayyid Al Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad Dimyathi, takwa adalah inti dari segala sumber kebahagiaan. Takwa diartikan sebagai ketaatan terhadap perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, baik secara lahir maupun batin, karena mengakui kuasa dan keagungan Allah.

Lebih lanjut dijelaskan dalam kitab tersebut bahwa seseorang yang ingin mencapai derajat muttaqin dan mendekatkan diri kepada Allah harus mengikuti syariat, thariqat, dan hakikat. Syariat diibaratkan sebagai kapal, thariqat sebagai lautan, dan hakikat sebagai mutiara mahal di lautan tersebut. Seseorang harus mematuhi syariat yang telah ditetapkan Allah dengan konsisten sebelum bisa menjelajahi lautan thariqat. Tanpa syariat, seseorang tidak akan mampu meniti thariqat dengan baik.

Thariqat, sebagai proses menuju derajat muttaqin, melibatkan pengendalian diri, konsistensi dalam beramal, serta menjauhi hal-hal yang dapat merusak kebaikan amal ibadah. Jika syariat menekankan pentingnya memenuhi rukun dan menjauhi hal-hal yang dapat membatalkan ibadah, thariqat merupakan langkah-langkah untuk menjaga agar ibadah tersebut tetap bernilai tinggi. Maka, bagaimana mungkin seseorang mencapai derajat yang lebih tinggi tanpa pemahaman yang kuat terhadap syariat?

Setelah mematuhi syariat sebagai kapal dan menjelajahi lautan thariqat, diharapkan seorang hamba mampu menjaga takwa, menahan diri dari godaan hawa nafsu dan setan, serta menemukan hakikat ibadah yang membawa mereka lebih dekat kepada Allah. Semoga puasa yang kita jalani tidak sekadar membuat kita lapar dan haus, tetapi juga membawa kita lebih dekat kepada Allah sebagai individu yang bertakwa.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

February 5

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?