Puasa menurut Imam Al-Ghazali tidak hanya sekedar menahan diri dari keinginan nafsu makan dan syahwat. Standar minimal puasa adalah menahan diri dari keinginan tersebut, namun puasa yang sesungguhnya membutuhkan lebih dari itu. Menurut penjelasan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Maraqil Ubudiyah, ada beberapa tingkatan kualitas puasa.
Ada orang yang puasanya hanya mencakup kewajiban dasar tanpa mendapatkan nilai lebih. Di atas tingkatan tersebut, ada orang yang berpuasa dengan penuh kehati-hatian, menjaga seluruh panca indranya dari perbuatan maksiat dan larangan-larangan lainnya.
Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa banyak orang berpuasa namun hanya merasakan lapar dan haus sebagai hasilnya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mampu menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT. Kesempurnaan puasa terletak pada kemampuan untuk menahan seluruh anggota tubuh dari dosa-dosa yang dilarang oleh agama.
Orang-orang saleh, yang dikenal dengan istilah ‘puasa khusus’, menjalankan puasanya dengan menahan tidak hanya nafsu makan dan syahwat, tetapi juga seluruh anggota tubuh dari segala dosa. Mereka juga mengisi waktu-waktu puasa dengan aktivitas positif.
Kesempurnaan puasa bukan hanya terletak pada menahan diri dari makan, minum, dan hubungan intim semata, tetapi juga menahan seluruh anggota tubuh dari dosa-dosa yang dibenci oleh Allah SWT. Puasa sejati adalah ketika seseorang mampu menahan semua anggota tubuhnya dari perbuatan yang dilarang dalam agama.