Pada saat seseorang sakit parah atau mendekati ajal, ada praktik dalam Islam yang disebut talqin. Talqin adalah proses membimbing orang yang sedang sakit untuk mengucapkan kalimat syahadat “Lâ ilâha illallâh” dengan tenang. Hal ini sangat dianjurkan terutama bagi mereka yang berada di ambang kehidupan dan kematian.

Dalam praktik talqin, orang yang menuntun calon jenazah disarankan untuk membaringkan orang sakratulmaut di sisi kanan tubuhnya, menghadapkan wajah ke arah kiblat, dan membimbingnya untuk mengucapkan kalimat syahadat perlahan-lahan. Tujuannya adalah agar kalimat syahadat menjadi ucapan terakhir yang keluar dari bibirnya, sebagaimana anjuran Rasulullah SAW.

Proses talqin tidak hanya dilakukan pada orang sakit, tetapi juga pada jenazah yang baru saja dimakamkan. Setelah proses pemakaman, jenazah juga perlu ditalqin agar dapat menjawab pertanyaan malaikat di akhirat. Praktik ini merupakan bagian dari persiapan kehidupan setelah mati dalam pandangan Islam.

Anjuran untuk melakukan talqin ini dapat ditemukan dalam berbagai kitab Islam, seperti Is‘adur Rafiq wa Bughyatus Shadiq dan Bidayatul Mujtahid. Hal ini menunjukkan pentingnya proses bimbingan spiritual bagi orang sakit dan jenazah dalam agama Islam.

Selain itu, saat melakukan talqin, disarankan agar suasana sekitar tenang dan hanya satu orang yang menuntun calon jenazah. Hal ini bertujuan untuk memberikan ketenangan bagi orang yang sedang dalam kondisi sakratulmaut. Dengan demikian, proses talqin dapat dilaksanakan dengan khidmat dan penuh kekhusyukan.

Praktik talqin merupakan bagian dari upaya umat Islam untuk memberikan perlindungan spiritual bagi orang yang sakit parah atau jenazah. Dengan mengucapkan kalimat syahadat sebagai ucapan terakhir, diharapkan orang tersebut mendapatkan syafaat dan masuk surga di akhirat. Wallahu a‘lam.