Di langit ke empat, Rasulullah saw diantar Jibril bertemu dengan Nabi Idris as. Nabi Idris as berada di posisi di atas, menerima karunia dari Allah swt untuk merasakan surga selama hidupnya di dunia. Namun, keistimewaan lain yang diberikan Allah kepadanya adalah pengalaman merasakan kematian saat masih hidup. Sebab, dalam kepercayaan, seseorang tidak dapat memasuki surga sebelum mengalami kematian.
Ketika diminta masuk surga setelah diangkat oleh Allah, Nabi Idris as tidak diperkenankan karena syaratnya adalah sudah mengalami kematian. Ia kemudian meminta kepada Allah swt agar diberikan kematian.
Meskipun isi percakapan antara Rasulullah saw dan Nabi Idris as tidak dijelaskan, perjumpaan keduanya memberikan pemahaman mendalam kepada Rasulullah saw tentang makna kematian. Pengalaman yang pernah diberikan Allah kepada Nabi Idris as dapat diaplikasikan dalam kehidupan manusia dengan berbagai makna, termasuk mati dalam arti menindas keinginan nafsu.
Rasulullah saw pernah menyampaikan pesan bahwa seseorang seharusnya “mati” sebelum benar-benar mati. Pesan ini mengajarkan pentingnya mengendalikan nafsu dan melawan hawa nafsu yang merugikan. Karena sesungguhnya, kematian yang dimaksud adalah mati secara maknawi bukan fisik. Mati dalam arti melepaskan diri dari nafsu amarah, kesombongan, ketidakbenaran, dan hal-hal negatif lainnya.
Pesan-pesan ini mengingatkan manusia untuk terus memperbaiki diri dan menjauhi sifat-sifat negatif yang dapat menghalangi kebahagiaan sejati. Dengan memahami makna kematian secara spiritual, seseorang dapat lebih baik dalam menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan.