Dalam kitab Riyadlus-Shalihin, terdapat sebuah hadits yang mengisahkan tentang tawassul yang dilakukan oleh Sayyidina Umar Ibnul Khattab r.a. Saat itu, beliau meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk melaksanakan ibadah umrah. Rasulullah SAW mengizinkan dan berpesan agar Umar tidak melupakan beliau dalam doanya. Umar pun menyatakan bahwa kalimat tersebut lebih berharga baginya dibandingkan kekayaan dunia. Dalam riwayat lain, Rasulullah menekankan agar Umar menyertakan beliau dalam doanya. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya mengingat Rasulullah dalam setiap doa, meskipun beliau sendiri sudah memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. Hal ini mengisyaratkan bahwa kita dapat menggunakan wasilah orang-orang yang dekat dengan Allah dalam permohonan kita.
Contoh lain dari tawassul dapat ditemukan dalam kitab Sahih Bukhari, di mana Sayyidina Umar bertawassul dengan Rasulullah dan Sahabat Abbas ketika terjadi musim paceklik. Dalam keadaan tersebut, Umar berdoa: “Ya Allah, kami bertawassul kepada-Mu dengan nabi kami, maka berilah kami hujan; dan kami bertawassul dengan paman nabi kami, berilah kami hujan.” Allah pun mengabulkan doa tersebut. (HR Bukhari).
Tawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah, seperti para nabi, rasul, dan orang-orang shalih, bukanlah meminta kepada mereka secara langsung. Namun, kita memohon agar mereka ikut memohon kepada Allah agar doa kita diterima. Hal ini sejalan dengan keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah, sebagaimana disebutkan: “Tiada ada yang mencegah kalau Allah mau memberi, dan tidak ada yang bisa memberi kalau Allah mencegahnya.”
Dalam kitab Al-Kabir wal Awsath karya Imam Thabrani, diceritakan tentang Rasulullah SAW yang menggali kubur Ibu Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Fathimah binti Asad. Setelah menggali kubur, Rasulullah SAW berdoa agar Allah mengampuni Fathimah dan meluaskan kuburnya dengan wasilah nabi-nabi sebelumnya. Doa tersebut diiringi dengan takbir, dan setelah itu, beliau dibantu memasukkan Fathimah ke dalam kubur. (HR Thabrani).
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa bertawassul dengan doa dan wasilah yang baik adalah praktik yang dibenarkan dalam agama. Tawassul bukan berarti meminta kepada yang dijadikan wasilah; melainkan memohon agar mereka memberikan keberkahan untuk diterima doa kita. Dengan demikian, bertawassul melalui cara-cara yang disenangi Allah akan mendatangkan ridha-Nya. Dalam setiap doa, sebaiknya kita menyebut hal-hal yang dicintai oleh Allah agar doa kita semakin dekat untuk dikabulkan.