- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kebebasan Beragama di Masjidil Aqsa pada Masa Umar Bin Khattab

Google Search Widget

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan berbagai gangguan yang dialami umat Islam di Palestina, terutama saat menjalankan ibadah Ramadhan. Penyerangan di dalam Masjidil Aqsa ketika umat Islam sedang beribadah baru-baru ini mengejutkan banyak pihak. Tak lama setelah itu, tentara Israel melakukan pengusiran dan pelarangan shalat di halaman Masjidil Aqsa dengan cara yang brutal.

Di tengah keprihatinan yang dirasakan oleh kaum Muslimin di Palestina, terdapat sejarah menarik mengenai kebebasan beragama saat Ramadhan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, khususnya di Masjidil Aqsa. Pada masa itu, Palestina merupakan bagian dari wilayah Syam. Yerusalem ditaklukkan oleh kaum Muslimin, yang kemudian menciptakan kedamaian di antara tiga penganut agama di sekitar Masjidil Aqsa, yaitu umat Islam, Nasrani, dan Yahudi. Mereka dapat menggunakan tempat ibadahnya dengan leluasa tanpa gangguan. Uniknya, masuknya Khalifah Umar ke Yerusalem diawali dengan negosiasi damai antara penduduk dan tentara Muslim.

Perluasan wilayah Islam pada masa itu dipicu oleh keinginan untuk membebaskan manusia dari kezaliman penguasa. Secara umum, Syam, termasuk Palestina dan Yerusalem, dihuni oleh berbagai umat beragama. Pada waktu itu, penguasa Syam adalah Kerajaan Romawi yang berkantor pusat di Byzantium. Namun, kekuasaan Romawi dipersepsikan oleh penduduk sebagai bentuk penjajahan yang menindas.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak penduduk Palestina memilih untuk mengikuti kekuatan penguasa Islam. Rakyat menaruh harapan besar terhadap kebijaksanaan agama Islam yang melindungi semua umat beragama. Pembesar di Baitul Maqdis mengenali konsep ajaran Islam yang dibawa oleh sahabat Nabi untuk melindungi kaum dzimmi. Hal ini tercermin ketika pemuka masyarakat di Baitul Maqdis mengungkapkan aspirasi mereka kepada Sahabat Umar.

Umar memasuki Baitul Maqdis pada sepuluh hari kedua bulan Ramadhan tahun ke-15 Hijriah. Beliau tiba pada hari Senin dan tinggal hingga hari Jumat, di mana beliau memberikan khutbah dan melaksanakan shalat Jumat di bagian timur kota yang merupakan lokasi masjid. Dalam satu riwayat, dikatakan bahwa selama sepuluh hari pertama kedatangannya, Umar mencari batu yang pernah dipijak Nabi.

Setibanya di sana, Umar bin Khattab mencari seorang pendeta Yahudi terkemuka yang telah memeluk Islam untuk membimbingnya menuju lokasi batu tersebut. Kepedulian Umar terhadap lokasi bersejarah ini menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat menghormati situs-situs sejarah. Selain itu, tindakan Umar menunjukkan amanat ilmiah agama Islam untuk melestarikan peninggalan nabinya.

Umar menemukan lokasi batu (tempat Nabi naik ke surga pada malam Isra’ dan Mi’raj) dan memerintahkan untuk membersihkannya, bahkan ia membersihkannya dengan pakaiannya sendiri bersama para pengikutnya. Mereka melaksanakan sholat Subuh di makam Nabi Dawud, dan itu merupakan pertama kalinya adzan terdengar di Yerusalem. Selanjutnya, Umar memerintahkan agar Masjidil Aqsa dibangun di lokasi tersebut, yang saat itu hanya berupa tembok di area luas.

Pencapaian luar biasa Khalifah Umar adalah janji tertulis yang menjamin kebebasan beragama bagi kaum Nasrani dan Yahudi di sekitar Baitul Maqdis. Janji tersebut tertulis dan disaksikan oleh para sahabat lainnya: “Ini adalah ikrar keselamatan dari Abdullah (hamba Allah), Umar Ibnul Khattab… Janji keselamatan untuk diri mereka sendiri, untuk harta mereka, gereja, salib, dan semua orang mereka… dan bahwa mereka tidak akan dipaksa untuk mengubah agama mereka.”

Berkat ikrar jaminan keselamatan ini, penduduk di Baitul Maqdis dapat hidup dalam kedamaian. Ikrar serupa juga dikeluarkan oleh Umar di daerah Ludd, sebuah desa dekat Baitul Maqdis. Setelah itu, Umar kembali ke Damaskus untuk menemui pasukannya yang bermarkas di sana.

Damaskus merupakan daerah di Syam yang sekarang menjadi wilayah Syria. Sebelum memeluk Islam, Umar pernah berdagang hingga ke Damaskus. Kepiawaiannya dalam menganalisis fenomena sosial saat berdagang membantunya menerapkan strategi perluasan wilayah Islam yang efektif sebagai Amirul Mu’minin.

Ramadhan saat Umar mengunjungi Baitul Maqdis menjadi saksi bahwa Islam tidak pernah mengganggu umat agama lain. Semua yang memahami sejarah akan menyaksikan bukti toleransi kaum Muslimin. Saat ini, kaum Muslimin di seluruh dunia terus memberikan dukungan dan doa agar saudara-saudara mereka di Palestina dapat menjalani akhir bulan Ramadhan dengan tenang.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?