- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Takdir dan Pilihan Manusia

Google Search Widget

Manusia sering kali beranggapan bahwa takdir adalah sebuah ketentuan mutlak yang tidak dapat dihindari atau diubah. Namun, dalam takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, terdapat pilihan-pilihan yang dapat diambil oleh manusia.

Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya menjelaskan bahwa api ditetapkan Tuhan sebagai sesuatu yang panas dan dapat membakar, sedangkan angin dapat memberikan kesejukan atau dingin. Ini menggambarkan bahwa manusia memiliki pilihan untuk menghadapi situasi—apakah memilih api yang membakar atau angin yang sejuk.

Pentingnya pengetahuan dan ilham Ilahi menjadi sangat jelas di sini. Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah adalah: “Wahai Allah, jangan Engkau biarkan aku sendiri (dengan pertimbangan nafsu akalku saja), walau sekejap.”

Dalam sejarah, ketika terjadi wabah di Syam (sekarang wilayah Syria, Palestina, dan sekitarnya), Khalifah Umar bin Khattab membatalkan rencananya untuk berkunjung ke sana. Saat itu, seorang sahabat bertanya apakah Umar akan lari dari takdir Allah. Umar menjawab bahwa dirinya dan pasukannya justru berlari dari satu takdir Allah yang buruk ke takdir Allah yang lain yang lebih baik.

Kisah ini juga diperkuat oleh sahabat Abdurrahman bin ‘Auf yang mengingatkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Namun, jika kalian berada di dalam negeri tersebut, janganlah kalian lari keluar.”

Begitu pula ketika Sayidina Ali bin Abi Thalib berpindah tempat ketika duduk di dekat tembok yang rapuh. Ketika ditanya tentang tindakan tersebut, Ali memberikan jawaban yang sejalan dengan Umar: rubuhnya tembok dan berjangkitnya penyakit adalah berdasarkan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya.

Jika seseorang tidak menghindar dari bahaya, ia akan menghadapi akibatnya, dan akibat tersebut juga merupakan takdir. Namun, jika ia berhasil menghindar dan terhindar dari bahaya, maka itu pun adalah bagian dari takdir.

Tuhan telah menganugerahkan manusia kemampuan untuk memilih. Kemampuan ini adalah bagian dari takdir yang dianugerahkan-Nya. Dengan demikian, manusia tidak dapat luput dari takdir baik maupun buruk. Tidak bijaksana jika hanya hal-hal merugikan yang dianggap sebagai takdir, karena hal-hal positif juga merupakan bagian dari takdir.

Sikap seperti ini menunjukkan ketidakpahaman terhadap kebesaran Allah dan bertentangan dengan petunjuk Nabi Muhammad SAW, “…dan kamu harus percaya kepada takdir-Nya yang baik maupun yang buruk.”

Oleh karena itu, jelas bahwa keberadaan takdir tidak menghalangi manusia untuk berusaha menentukan masa depannya sendiri, sambil terus memohon bantuan Ilahi.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

June 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?