Rasulullah saw. pernah shalat dengan cucunya, Umamah binti Amr bin al-Ash, yang ia gendong di pundaknya. Beliau meletakkannya saat rukuk dan mengangkatnya kembali saat berdiri. Nabi Muhammad sangat menyayangi cucu-cucunya, seringkali membawa mereka di atas punggungnya, memeluk, membelai, dan mencium mereka dengan penuh kasih. Perlakuan ini tidak hanya ditunjukkan kepada Hasan dan Husain, tetapi juga kepada cucu perempuannya, Umamah.
Umamah adalah putri Sayyidah Zainab, anak sulung Nabi Muhammad dengan Sayyidah Khadijah. Ayahnya, Amr bin al-Ash, adalah kerabat Nabi Muhammad. Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad mengajak Umamah saat shalat, menggendongnya di pundak, dan meletakkannya saat rukuk. Ini mirip dengan perlakuan beliau terhadap Hasan dan Husain.
Kecintaan Nabi Muhammad juga terlihat ketika beliau memberikan hadiah kepada Umamah. Dalam buku “Purnama Madinah: 600 Sahabat Wanita Rasulullah saw. yang Menyemarakkan Kota Nabi,” diceritakan bahwa suatu hari Negus memberikan perhiasan kepada Nabi Muhammad, termasuk cincin emas. Setelah menerima hadiah itu, Nabi Muhammad memberikannya kepada Umamah sembari berkata, “Hiasilah dirimu dengan ini, gadis kecil.”
Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad pulang dengan membawa kalung batu onyx dan mengatakan kepada keluarganya bahwa ia akan memberikan kalung tersebut kepada orang yang paling dicintainya. Keluarganya menyangka kalung itu untuk Sayyidah Aisyah, namun ternyata Nabi Muhammad memanggil Umamah dan memberikannya kalung tersebut. Saat melihat ada kotoran di mata Umamah, beliau langsung membersihkannya dengan tangannya.
Sikap Nabi Muhammad terhadap Umamah dan cucu-cucunya mungkin terasa aneh bagi masyarakat Makkah pada waktu itu. Hubungan antara kakek dan cucu saat itu umumnya kaku dan keras, berbeda dengan kasih sayang yang ditunjukkan Nabi Muhammad melalui ciuman, belaian, dan bermain bersama cucu-cucunya.
Umamah adalah anak kedua dari Abul Ash dan Sayyidah Zainab. Kakaknya, Ali, meninggal saat masih kecil. Umamah kemudian dipersunting oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib setelah wafatnya Sayyidah Fathimah az-Zahra.