Nama aslinya adalah Al-Husain bin Salam, yang diganti oleh Rasulullah menjadi Abdullah bin Salam setelah ia memeluk Islam. Ia merupakan seorang rahib atau pendeta Yahudi dari Bani Qainuqa’ dan cucu dari Yusuf bin Ya’qub as. Sebagai seorang yang paling paham di antara Yahudi lainnya tentang ajaran-ajaran Taurat, Abdullah bin Salam sangat dihormati dan dihargai dalam komunitasnya.
Sejak lama, Abdullah bin Salam berdoa kepada Tuhan agar diberikan umur panjang untuk dapat bertemu dengan seorang nabi baru. Ketika mendengar kabar bahwa Rasulullah akan datang ke Madinah, ia merasa sangat gembira dan menunggu kedatangannya. Abdullah bin Salam ingin memastikan apakah ciri-ciri dan karakteristik nabi tersebut sesuai dengan yang tertulis di dalam Taurat.
Hari yang ditunggu pun tiba, dan Rasulullah beserta rombongan umat Islam tiba di Madinah setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Abdullah bin Salam mencermati dengan seksama wajah, gerak-gerik, sikap, dan gaya Rasulullah. Setelah mengamati, ia merasa yakin bahwa Rasulullah bukanlah seorang pembohong, karena tidak ada tanda-tanda kebohongan di wajahnya. Namun, keyakinannya masih belum sepenuhnya bulat.
Untuk menguji kebenarannya, Abdullah bin Salam mengajukan empat pertanyaan penting kepada Rasulullah: Apa tanda pertama hari kiamat? Apa makanan pertama yang dinikmati penghuni surga? Mengapa seorang anak mirip dengan bapaknya? Dan mengapa seorang anak mirip dengan ibunya? Rasulullah menjawab semua pertanyaan itu setelah menerima wahyu dari Jibril. Jawaban tersebut membuat Abdullah bin Salam semakin yakin dan langsung mengikrarkan diri untuk memeluk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Abdullah bin Salam kemudian mengajak keluarganya untuk masuk Islam, dan mereka pun menerima ajakan tersebut dengan senang hati. Namun, sesaat setelah mengucapkan syahadat, Abdullah bin Salam dan keluarganya memilih untuk menyembunyikan keislaman mereka dari orang-orang Yahudi. Ia sadar bahwa umatnya adalah pendusta dan pengkhianat. Jika mereka mengetahui keislaman Abdullah bin Salam, mereka tidak segan-segan untuk menjelek-jelekannya.
Tak ingin terlalu lama menyembunyikan keislamannya, Abdullah bin Salam meminta agar dimasukkan ke rumah Rasulullah. Sementara itu, Rasulullah mengundang orang-orang Yahudi ke rumahnya dan bertanya tentang Abdullah bin Salam. Mereka menjawab bahwa Abdullah adalah orang yang paling baik dan pemimpin mereka. Namun, ketika Rasulullah bertanya bagaimana jika Abdullah memeluk Islam, mereka berdoa agar hal itu tidak terjadi.
Setelah itu, Rasulullah memanggil Abdullah bin Salam untuk keluar dan mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan mereka. Abdullah pun mengajak umatnya untuk bertakwa kepada Allah dan menerima ajaran yang dibawa Rasulullah. Namun, orang-orang Yahudi yang sebelumnya memuji Abdullah segera mendustakannya dan mengejeknya sebagai orang yang paling jahat di antara mereka.
Perubahan sikap orang-orang Yahudi ini menunjukkan betapa mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa salah satu pemimpin mereka telah memilih jalan baru dalam hidupnya. Kisah ini menggambarkan perjalanan spiritual Abdullah bin Salam dari seorang pendeta Yahudi menjadi seorang Muslim yang teguh dalam keyakinannya.