Sejak kecil, kita diajarkan untuk menghafal nama-nama nabi dan rasul yang berjumlah 25. Namun, di luar nama-nama tersebut, banyak dari kita yang tidak mengenal nabi-nabi lain, kecuali beberapa yang terkenal seperti Nabi Khidir. Masa antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad sering disebut sebagai masa fatrah, yaitu periode terputusnya pengiriman rasul-rasul. Jarak antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad diperkirakan sekitar 600 tahun. Pertanyaan yang muncul adalah, adakah nabi di antara kedua zaman tersebut? Apakah ada nabi-nabi lain yang hidup pada masa fatrah?
Dalam literatur keislaman, terdapat perdebatan mengenai eksistensi kenabian setelah Nabi Isa. Salah satu tokoh yang dibahas adalah Khalid bin Sinan, yang konon hidup tidak jauh dari masa Nabi Muhammad. Khalid bin Sinan dikenal sebagai seorang nabi yang mendakwahkan keyakinan akan adanya akhirat dan siksa kubur, meskipun kaumnya tidak mengindahkannya. Ketika putrinya mendatangi Nabi Muhammad, beliau menyambutnya dengan ungkapan, “Selamat datang wahai putri dari seorang nabi yang telah disia-siakan oleh kaumnya sendiri.”
Sumber-sumber keislaman mencatat sabda Nabi Muhammad terkait hal ini. As-Suyuthi menyebutkan bahwa hadits ini terdapat dalam kitab imla milik ‘Abdur Razzaq, dengan riwayat dari Sa’id bin Jubair secara mursal. Meskipun dianggap kredibel, Ad-Dzahabi mengomentari bahwa hadits ini tidak shahih karena bertentangan dengan hadits-hadits shahih yang menegaskan tidak adanya nabi antara Isa dan Muhammad. Sejalan dengan itu, Ibnu Katsir dalam tafsirnya menolak adanya nabi yang diutus setelah Nabi Isa, termasuk Khalid bin Sinan, dengan alasan bahwa pada masa itu manusia kehilangan arah dan paganisme semakin meningkat. Pengutusan Nabi Muhammad dianggap sebagai anugerah besar bagi umat manusia.
Ibnu Katsir mendasarkan pandangannya pada hadits riwayat Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan lainnya yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang paling dekat dengan Nabi Isa di dunia dan akhirat. Hadits ini menegaskan bahwa para nabi adalah bersaudara dari satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka satu. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa tidak ada nabi lain antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad.
Meskipun ada pandangan yang mengindikasikan kemungkinan adanya nabi di masa fatrah, seperti yang diungkapkan Badruddin al-‘Ayni dengan menyebut nama-nama seperti Hanzhalah bin Shafwan dan Syu’aib bin Dzi Mahzam, mayoritas ulama sepakat bahwa tidak ada nabi yang diutus dalam rentang waktu tersebut. Nama-nama tersebut lebih dianggap sebagai orang-orang saleh yang mengajak kebaikan daripada nabi yang diutus.
Diskusi mengenai status kenabian di antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad menunjukkan adanya variasi interpretasi di kalangan ulama. Meskipun beberapa tokoh seperti Khalid bin Sinan muncul dalam literatur keislaman, mereka lebih banyak dianggap sebagai orang-orang saleh daripada nabi yang diutus. Pada akhirnya, konsensus ulama menegaskan pentingnya pengutusan Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan pembawa risalah terakhir bagi seluruh umat manusia. Wallahu a’lam.