- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Pendekatan Dakwah Nabi Nuh dalam Menghadapi Kaumnya

Google Search Widget

Dalam berdakwah, para rasul memiliki cara-cara tersendiri untuk mencapai hasil maksimal. Penyesuaian dan pertimbangan terhadap kondisi mental, emosi, dan tradisi yang berlaku di lingkungan kaum tersebut menjadi hal penting. Salah satu contoh adalah Nabi Nuh as, yang menggunakan berbagai pendekatan dalam menghadapi kaumnya. Kisah dakwah Nabi Nuh banyak diabadikan dalam Al-Qur’an, di antaranya firman Allah dalam QS. Al-A’raf [7]: 59 yang artinya:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya”. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sebelum Nabi Nuh diutus, beberapa orang saleh dari kaumnya telah meninggal dunia. Untuk mengenang mereka, dibangunkan masjid dengan gambar-gambar yang menyerupai orang-orang saleh tersebut. Hal ini dimaksudkan agar amal baik mereka selalu dikenang dan menjadi motivasi bagi orang lain. Namun, seiring berjalannya waktu, gambar-gambar tersebut berubah menjadi patung-patung yang akhirnya disembah sebagai berhala. Patung-patung ini dinamai Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Melihat kemusyrikan yang terjadi, Allah pun mengutus Nabi Nuh untuk meluruskan akidah mereka.

Nabi Nuh adalah rasul pertama yang diutus ke bumi setelah Nabi Adam as. Ia diutus untuk mengajak kaumnya menyembah Allah swt dan meninggalkan berhala-berhala. Selama 950 tahun berdakwah, hanya segelintir kaum yang mau beriman. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebelum Nabi Nuh diutus, kaumnya adalah orang-orang beriman yang mengikuti ajaran Nabi Adam. Namun, terjadi distorsi akidah yang menyebabkan mereka jatuh dalam kemusyrikan.

Melihat kaumnya yang susah diajak beriman, Nabi Nuh pun berdoa kepada Allah untuk membinasakan mereka yang kafir agar tidak ada yang tersisa. Nabi Nuh yakin bahwa dari kaumnya yang kafir hanya akan lahir keturunan kafir pula. Pengalaman selama 950 tahun berdakwah membuatnya paham betul tabiat kaumnya sehingga ia berkesimpulan bahwa mereka sangat susah untuk beriman.

Untuk menyampaikan risalah Allah kepada kaumnya, Nabi Nuh menempuh beberapa langkah. Pertama, ia berbicara dengan lembut kepada kaumnya dengan harapan pendekatan ini mampu membuat mereka cepat luluh dan mau diajak beriman. Hal ini terlihat dari panggilannya “kaumku” yang menunjukkan bahwa Nuh menganggap mereka sebagai kaumnya sendiri.

Kedua, Nabi Nuh memperlihatkan rasa belas kasih dengan selalu mengingatkan kaumnya akan pedihnya siksa bagi yang tidak beriman dan mengajak mereka untuk bertaubat agar mendapat ampunan. Ketiga, Nabi Nuh berdakwah tanpa kenal lelah siang dan malam, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Kisah dakwah Nabi Nuh ini memberikan pesan penting bagi kita agar tidak lelah dalam mengajak kebaikan, meski hanya beberapa orang saja yang mengikuti. Tugas kita adalah menyampaikan dan mengajak orang lain untuk berbuat baik. Mengenai banyak atau sedikitnya yang mengikuti, itu di luar tanggung jawab kita. Selain itu, dakwah yang baik harus dilakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang. Wallahu a’lam.

Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?