Umar bin Khattab (586-644 M) dikenal sebagai salah satu tokoh berpengaruh dalam sejarah, menempati urutan ke-51 dalam daftar 100 tokoh yang paling berpengaruh di dunia. Di bawah kepemimpinannya, penaklukan besar-besaran oleh Arab terjadi, menunjukkan kepemimpinan yang brilian. Umar ra merupakan contoh pejabat publik yang ideal, memerintah dari tahun 634 hingga 644 M setelah sahabatnya, Abu Bakar ra.
Umar ra memiliki tanggung jawab publik yang tinggi dan menyadari betapa pentingnya amanah tersebut. Ia pernah menyatakan bahwa jika seekor unta atau anak kambing mati karena kebijakannya, ia merasa akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Pernyataan ini mencerminkan kesadaran Umar ra akan dampak dari setiap kebijakan yang diambilnya.
Perhatian Umar ra terhadap kebutuhan pangan masyarakat sangatlah besar. Ia bahkan sering memikul karung berisi tepung untuk dibagikan kepada janda dan anak-anak yatim. Ketika ditawari bantuan, ia dengan tegas menolak, mengingatkan bahwa ia tidak ingin orang lain menanggung dosanya di hari kiamat.
Rasulullah SAW pun mengakui kebaikan Umar ra, yang selalu mencari janda dan anak yatim serta membawakan makanan untuk mereka saat mereka tidur. Kegiatan ini menunjukkan dedikasi dan kasih sayang Umar ra terhadap warganya.
Sebagai kepala negara, Umar ra sering blusukan di tengah masyarakat pada malam hari, mengundang siapa saja yang memiliki kepentingan untuk mendatanginya. Dalam pengangkatan menteri atau gubernur, ia menerapkan disiplin tinggi dan menuntut dedikasi yang luar biasa. Para pejabat tersebut tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan, makanan, dan pakaian mewah, serta harus selalu siap sedia melayani masyarakat.
Umar ra juga dikenal sebagai pejabat publik yang kurang tidur. Ia mendedikasikan siangnya untuk melayani rakyat dan malamnya untuk beribadah. Dalam pandangannya, tidak ada waktu untuk tidur jika itu berarti mengabaikan masyarakat atau ibadah sunnah.
Doa Umar ra sebagai pejabat publik menunjukkan kepedulian dan tanggung jawabnya: “Ya Allah, jangan jadikan kesengsaraan umat Muhammad SAW pada tangan (kebijakan)ku.” Ini menandakan bahwa ia selalu berharap agar kebijakannya tidak membawa penderitaan bagi umat.
Keadilan juga menjadi prinsip utama dalam kepemimpinan Umar ra. Ia pernah memenangkan seorang Yahudi dalam sengketa tanah melawan gubernurnya sendiri, Amr bin Ash, berdasarkan prinsip keadilan tanpa memihak kepentingan negara.
Gaya hidup Umar ra yang sederhana juga patut dicontoh. Ia dikenal makan dengan satu jenis lauk dan berpakaian sederhana. Suatu ketika, saat melihat putranya, Ashim, memakan daging, ia mengingatkan bahwa tidak semua yang diinginkan harus dimakan, menekankan pentingnya menghindari perilaku berlebihan.
Umar ra adalah pemimpin yang lapang dada dan terbuka terhadap kritik. Ia menghargai masukan dari warganya dan menganggap orang yang menunjukkan kekurangan dirinya sebagai orang yang paling dicintainya. Sikap ini menunjukkan bahwa ia selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin.