- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kisah Tabarukan kepada Nabi Muhammad

Google Search Widget

Praktik tabaruk, yaitu mengharapkan kebaikan melalui orang atau barang tertentu, sudah berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Para sahabat melakukan berbagai cara untuk ngalap berkah dari Nabi. Beberapa di antara mereka menghabiskan sisa makanan dan minuman Nabi, sementara yang lain tabarukan dengan memakai pakaian yang pernah dipakai Nabi.

Salah satu riwayat dari az-Zuhri menceritakan saat Nabi Muhammad berwudhu dan mengeluarkan dahak, para sahabat berebut untuk mengoleskan dahak tersebut ke wajah dan kulit mereka. Ketika Nabi Muhammad menanyakan alasan mereka, mereka menjawab bahwa tindakan itu adalah untuk mencari berkah dari beliau.

Nabi Muhammad bersabda, “Barang siapa ingin dicintai Allah dan Rasul-Nya, hendaklah ia berbicara benar, menyampaikan amanah, dan jangan mengusik tetangganya,” yang tercatat dalam buku Hayatush Shahabah oleh Suaikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi.

Hal serupa dilakukan oleh Abdullah bin Zubair. Ia meminum bekas darah bekam Nabi sebagai bentuk ngalap berkah. Suatu ketika, ketika hendak menemui Nabi Muhammad, Salman melihat Abdullah bin Zubair tengah membawa ember dan meminum isinya. Saat Abdullah melapor kepada Nabi bahwa ia telah menunaikan perintah untuk ‘membuang’ air dari wadahnya, Salman bertanya tentang apa yang ada di ember itu. Nabi menjelaskan bahwa itu adalah darah bekamnya, dan Abdullah menjawab bahwa ia ingin darah Nabi mengalir ke dalam perutnya.

Nabi Muhammad kemudian menyatakan, “Celakalah engkau karena manusia, dan celakalah manusia karena engkau. Api neraka tidak menyentuhmu, hanya saja Dia telah bersumpah.”

Ketika awal tiba di Madinah, Nabi Muhammad tinggal di rumah Abu Ayyub yang menjamu beliau dengan penuh penghormatan, menyediakan segala keperluan termasuk makanan. Menariknya, Abu Ayyub selalu mencari sisa makanan yang ada bekas jari Nabi untuk dihabiskan demi ngalap berkah. Suatu ketika, Nabi tidak menyentuh hidangan yang disajikan Abu Ayyub dan menjelaskan bahwa ia mencium bau bawang yang khawatirnya akan mengganggu wahyu.

Ada juga sahabat yang tabarukan dengan jubah Nabi Muhammad. Diceritakan bahwa suatu ketika Nabi menerima jubah dari sahabatnya dan langsung memakainya. Namun, sahabat lain meminta jubah tersebut setelah memuji keindahannya. Nabi Muhammad pun memberikannya tanpa ragu. Ketika sahabat tersebut menjelaskan bahwa ia tidak meminta jubah itu untuk dipakai, tetapi sebagai kain kafan, jubah itu pun akhirnya digunakan sebagai kain kafan saat ia meninggal dunia.

Kisah-kisah ini menggambarkan betapa dalamnya rasa cinta dan hormat para sahabat kepada Nabi Muhammad serta keyakinan mereka akan berkah yang terkandung dalam benda-benda yang pernah digunakan beliau.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 25

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?