- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Ketagihan Bacaan Al-Qur’an di Tengah Penentangan

Google Search Widget

Di antara para pemimpin musyrik Quraisy yang menolak dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, terdapat nama-nama seperti Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, dan Al-Akhnas bin Syariq. Ketiganya mengalami perjalanan yang berbeda dalam menghadapi Islam.

Seiring waktu, dua di antara mereka, Abu Jahal dan Al-Akhnas, tetap menolak Islam hingga akhir hayatnya. Sementara itu, Abu Sufyan merasa terketuk hatinya dan akhirnya menjadi pengikut Nabi Muhammad serta pembela Islam.

Pada masa awal perkembangan Islam, ketiga elite Quraisy ini sering secara diam-diam mendatangi rumah Nabi untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Mereka datang sendiri-sendiri tanpa saling mengetahui bahwa yang lain melakukan hal serupa. Ketika tiba di rumah Nabi, mereka mengambil tempat duduk masing-masing dan tidak tidur semalaman hanya untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Mereka pulang saat fajar menyingsing, dan di tengah jalan, mereka saling bertemu. Salah satu dari mereka mengingatkan agar tidak mengulangi perbuatan tersebut karena takut akan dilihat oleh orang-orang yang tidak waras.

Namun, keesokan malamnya, mereka kembali datang ke rumah Nabi untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Meski telah berjanji untuk tidak mengulanginya, ketiganya tetap menyelinap ke rumah Nabi seolah terikat oleh bacaan Al-Qur’an yang sangat indah. Meskipun mereka terpesona oleh keindahan Al-Qur’an, ketiganya tidak berpaling untuk memeluk Islam.

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad. Ia bukan sekadar puisi atau prosa; kalimat-kalimatnya sungguh indah dan mampu memikat siapa saja yang memahami bahasa Arab. Allah menantang siapapun untuk membuat karya sepadan dengan Al-Qur’an, namun tidak ada satu pun yang mampu melakukannya.

Abu Jahal dikenal sebagai sosok yang kejam dan tidak segan-segan menghancurkan lawan-lawannya. Ia dijuluki Fir’aun pada zaman Nabi Muhammad dan dikenal karena kekejamannya, termasuk terhadap Sumayyah, sahabat yang gugur akibat siksanya. Abu Jahal berusaha keras menghentikan dakwah Islam dengan berbagai cara, termasuk intimidasi terhadap umat Islam dan ancaman terhadap Nabi Muhammad. Ia akhirnya gugur dalam Perang Badar.

Abu Sufyan bin Harb juga merupakan sosok yang gigih menentang dakwah Nabi Muhammad selama kurang lebih 20 tahun. Ia memimpin pasukan Quraisy dalam Perang Uhud dan Perang Khandaq melawan umat Islam. Namun, saat Fathu Makkah terjadi, ia mendapatkan hidayah dan masuk Islam. Sejak saat itu, ia menjadi sahabat yang berjuang membela Islam.

Sementara itu, Al-Akhnas bin Syariq dikenal sebagai seorang munafik. Ia pernah menemui Nabi Muhammad dan menyatakan diri masuk Islam, namun setelah itu, ia membakar kebun milik umat Islam dan membunuh hewan-hewan mereka. Tindakannya ini menimbulkan kecaman dari Allah, yang kemudian menurunkan beberapa ayat berkaitan dengan perbuatannya.

Kisah ketiga elite Quraisy ini menggambarkan bagaimana keindahan dan kekuatan Al-Qur’an bisa menarik perhatian bahkan mereka yang menentang dakwah Islam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

April 24

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?