Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa…” (QS. Al-Hujurat: 13). Ayat ini mengingatkan kita bahwa ukuran kemuliaan di sisi Allah bukan berdasarkan ras, suku, atau status sosial, melainkan pada tingkat ketakwaan seseorang.
Di zaman Rasulullah, terdapat perilaku diskriminatif di antara para sahabat. Beberapa di antaranya merendahkan Bilal bin Rabah karena statusnya sebagai mantan budak dan kulitnya yang hitam. Bilal, yang berasal dari Habasyah (Ethiopia), merupakan sahabat Nabi yang ditunjuk untuk mengumandangkan adzan saat pembebasan Makkah. Namun, beberapa sahabat yang kaya tidak terima dengan penugasan ini dan melontarkan komentar diskriminatif terhadapnya.
Setelah kejadian tersebut, Allah menurunkan QS. Al-Hujurat ayat 13 sebagai teguran bagi mereka yang bersikap diskriminatif. Ayat ini menekankan bahwa manusia diciptakan dari satu laki-laki dan satu perempuan, dan dikhususkan untuk saling mengenal. Dengan demikian, kemuliaan seseorang di hadapan Allah tidak ditentukan oleh warna kulit atau status sosial.
Kejadian diskriminatif juga terjadi kepada ahlu Shuffah, kelompok sahabat miskin yang tinggal di emperan Masjid Nabawi. Suatu ketika, beberapa sahabat kaya mengusulkan agar Rasulullah mengadakan dua majelis pengajaran: satu untuk mereka dan satu lagi untuk ahlu Shuffah. Mereka beralasan bahwa pemisahan itu diperlukan agar tidak terganggu oleh aroma tidak sedap dari sahabat-sahabat fakir tersebut.
Awalnya, Rasulullah menyetujui usulan itu karena melihat potensi kekuatan dari sahabat-sahabat kaya. Namun, setelah itu Allah menurunkan ayat dalam QS. Al-Kahfi tentang pentingnya bersabar bersama orang-orang yang menyeru Allah dengan tulus. Rasulullah diperingatkan untuk tidak berpaling dari mereka demi mengharapkan harta duniawi.
Prinsip persamaan dalam Islam sangat ditekankan untuk mewujudkan keadilan. Islam menolak segala bentuk tindakan diskriminatif, apapun alasannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, setiap individu memiliki nilai yang sama di hadapan Allah, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonominya.