- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Khutbah Pertama Rasulullah

Google Search Widget

Rasulullah Muhammad SAW awalnya menyebarkan ajaran Islam secara rahasia, mengajak keluarga, kerabat, dan teman-temannya untuk memeluk Islam dengan cara door to door. Proses ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, hingga berita tentang risalah kenabian Rasulullah mulai terdengar di kalangan masyarakat Makkah. Tak lama kemudian, Allah memerintahkan Rasulullah untuk menyerukan Islam secara terbuka.

Rasulullah mengundang keluarganya dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib untuk berkumpul di suatu tempat. Dalam pertemuan ini, beliau berniat untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya dari Allah mengenai ajaran tauhid. Namun, salah satu pamannya, Abu Lahab, langsung menentangnya dan meminta Rasulullah untuk menghentikan dakwahnya. Akibatnya, pertemuan itu tidak membuahkan hasil dan kerumunan orang pun bubar.

Rasulullah tidak menyerah. Ia kembali mengundang masyarakat Makkah untuk berkumpul beberapa saat setelah kejadian tersebut dan berhasil menyampaikan khutbah pertamanya setelah menerima risalah kenabian. Dalam khutbahnya, Rasulullah mengawali dengan kalimat tauhid, menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

“Sesungguhnya seorang pemimpin tidak mungkin membohongi keluarganya sendiri. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang datang kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum,” ucap Rasulullah.

Beliau melanjutkan dengan peringatan, “Demi Allah, sungguh kalian akan mati sebagaimana kalian tidur dan kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun tidur. Sungguh kalian akan dihisab terhadap apa yang kalian lakukan. Sesungguhnya yang ada hanya surga yang abadi atau neraka yang abadi.”

Khutbah ini memicu berbagai reaksi di antara para pendengar. Abu Lahab menjadi penentang paling keras, menganggap apa yang disampaikan Rasulullah sebagai aib besar dan meminta orang-orang yang hadir untuk mencegahnya.

Berbeda dengan Abu Lahab, pamannya yang lain, Abu Thalib, justru mendukung dan merasa senang dengan nasihat yang disampaikan oleh keponakannya. Ia meminta Rasulullah untuk terus berdakwah dan berjanji akan memberikan perlindungan meskipun ia sendiri belum memeluk agama Islam.

Masyarakat yang hadir memiliki beragam reaksi; sebagian menerima ajaran Islam, sementara yang lain menolaknya. Setelah khutbah tersebut, mereka pun membubarkan diri. Momen ini menjadi penanda bahwa dakwah Islam telah dilakukan secara terang-terangan di tengah masyarakat Quraisy di Makkah.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 10

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?