Nabi Muhammad SAW, sebagai pemimpin tertinggi dalam agama dan pemerintahan, dikenal bukan hanya karena ajaran-ajarannya, tetapi juga karena kesederhanaan hidupnya. Dalam sebuah peristiwa, beliau pernah terpaksa berutang kepada seorang Yahudi bernama Zaid bin Sa’nah untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Zaid bersedia meminjamkan uang dengan syarat bahwa utang tersebut harus dilunasi pada tanggal yang telah ditentukan.
Namun, menjelang jatuh tempo, Zaid menagih utangnya dengan nada kasar. Saat itu, Umar bin Khattab, sahabat Nabi yang dikenal keras, berada di samping Nabi. Mendengar penagihan yang tidak sopan itu, Umar berniat untuk membela Nabi dengan cara yang tegas. Namun, Nabi Muhammad SAW mencegahnya dan meminta agar situasi diselesaikan dengan cara yang lebih baik.
Nabi kemudian meminta Umar untuk membayar utang tersebut lebih awal, meskipun waktu jatuh temponya masih belum tiba. Beliau juga memerintahkan Umar untuk memberikan 20 sa’ash (sekitar 40 kilogram) kurma kepada Zaid sebagai bentuk permohonan maaf atas ketakutan yang dialaminya.
Kisah ini menunjukkan betapa Nabi Muhammad SAW mengutamakan etika dalam berinteraksi dengan orang lain, serta pentingnya menyelesaikan urusan keuangan dengan baik dan penuh rasa hormat. Kesederhanaan dan ketulusan Nabi dalam menjalani hidupnya menjadi teladan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari.