Islam mengajarkan kesetaraan dan menolak adanya kasta di antara umat manusia. Semua manusia di hadapan Allah adalah hamba yang derajatnya dinilai berdasarkan ketakwaan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13:
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS Al-Hujurat: 13).
Meskipun menolak adanya kasta, Islam senantiasa memerintahkan umatnya untuk saling menghormati dan bersikap rendah hati, tanpa menyombongkan diri. Rendah hati sering disebut sebagai tawaduk. Salah satu ayat Al-Quran yang menggambarkan sikap rendah hati terdapat dalam QS Al-Furqan ayat 63:
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
Artinya: “Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, ‘Salam’.” (QS Al-Furqan: 63).
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam At-Tafsirul Munir menjelaskan bahwa hamba dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang berjalan dengan tenang dan penuh kewibawaan, tanpa kesombongan. Mereka bertindak lembut dan tidak menginginkan derajat tinggi di dunia.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh mendefinisikan tawaduk sebagai sikap tunduk pada kebenaran dan menerima dari siapa pun yang menyampaikannya. Sedangkan Abu Yazid Al-Bustami, seorang tokoh sufi, menjelaskan bahwa kerendahan hati berarti tidak menganggap diri memiliki kedudukan tertentu dan tidak memandang orang lain lebih buruk.
Dua definisi ini menunjukkan bahwa kerendahan hati mengharuskan seseorang untuk menghormati orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari mereka. Al-Muhasibi dalam Adabun Nufus menjelaskan bahwa kerendahan hati berarti ketika seseorang bertemu orang lain, ia merasa tidak lebih baik dari mereka.
Rasulullah Muhammad (SAW) pun menjadi contoh sosok yang rendah hati. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, beliau menyatakan:
وما تواضع أحد لله إلا رفعه
Artinya: “Siapa pun yang tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim).
Al-Munawi menjelaskan bahwa tawaduk seharusnya ditujukan hanya kepada Allah, bukan kepada manusia. Kerendahan hati yang tulus kepada Allah akan mendatangkan kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat. Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya merupakan bentuk nyata dari kerendahan hati kepada-Nya.
An-Nawawi menambahkan bahwa balasan untuk kerendahan hati kepada Allah dapat berupa dua hal: derajat yang ditinggikan oleh Allah di hadapan manusia dan pahala di akhirat.
Praktik sederhana dari hadits ini adalah menanamkan sifat kerendahan hati dalam diri kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan kerendahan hati, akan muncul sikap saling menghormati terhadap orang lain, tanpa adanya perasaan lebih istimewa atau penilaian negatif terhadap orang lain. Wallahu a’lam.