- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kriteria Pemimpin Ideal dalam Perspektif Islam

Google Search Widget

Semakin mendekati masa pemilihan umum calon presiden, isu kepemimpinan kembali menjadi sorotan publik. Menjadi pemimpin bukanlah tugas yang mudah, mengingat tanggung jawab besar yang diemban, terutama ketika kepemimpinan tersebut mencakup satu negara dengan populasi yang besar. Islam sangat menekankan etika dan moral yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Dalam sejarah Islam, pemimpin ideal adalah Nabi Muhammad (SAW), yang memiliki tiga dari empat sifat wajib bagi para nabi dan rasul: siddiq (jujur), amanah (dipercaya), dan fathanah (cerdas). Sifat-sifat ini dapat dijadikan kriteria untuk menilai seorang pemimpin yang baik.

Nabi Muhammad (SAW) pernah menegaskan kepada salah satu sahabatnya untuk tidak meminta jabatan. Ucapan ini tercatat dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ…

Artinya: “Dari Abdurrahman bin Samurah, beliau mengatakan, Nabi (SAW) berkata kepadaku: ‘Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan…’”

Makna hadis ini menunjukkan bahwa siapa pun yang meminta kepemimpinan dan dikabulkan, maka Allah akan menghilangkan pertolongan karena kerakusannya. Sebaliknya, jika diberikan tanpa meminta, Allah akan menolongnya dan mengilhaminya dengan kebenaran sehingga ia dapat bahagia di dunia dan akhirat.

Dari hadis tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sifat tamak dan rakus tidak seharusnya ada dalam jiwa seorang pemimpin. Kerakusan dapat melahirkan kecurangan dalam menjalankan kepemimpinan. Nabi Muhammad (SAW) juga mengingatkan bahwa seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat namun meninggal dalam keadaan curang terhadap rakyatnya akan diharamkan masuk surga.

Selanjutnya, sifat amanah dan bertanggung jawab merupakan dasar yang harus dimiliki seorang pemimpin. Sifat ini berpengaruh terhadap keputusan yang diambil serta cara pandangnya dalam menangani masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Nabi Muhammad (SAW) bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ…

Artinya: “Ketahuilah setiap dari kalian adalah seorang pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin…”

Seorang pemimpin juga harus memiliki keahlian dalam mengelola kewarganegaraan agar negara dan rakyatnya mencapai stabilitas dalam berbagai bidang, seperti keamanan, ekonomi, politik, pendidikan, dan kesehatan. Memberikan kepercayaan kepada yang bukan ahlinya merupakan tanda kehancuran. Nabi Muhammad (SAW) pernah bersabda:

فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ…

Artinya: “Jika sifat amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat.”

Kriteria selanjutnya adalah pemimpin yang dicintai dan mencintai rakyatnya. Nabi Muhammad (SAW) bersabda:

خِيارُ أئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ…

Artinya: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian…”

Dengan memahami kriteria-kriteria ini, kita dapat lebih bijak dalam menilai calon pemimpin di sekitar kita. Wallahu a’lam bisshawwab.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?