Di antara hamba-hamba Allah yang ada di dunia ini, terdapat beberapa hamba yang dianugerahi keistimewaan berupa karamah dan ma’unah. Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil, karena sebagaimana Allah memberikan mukjizat kepada para Nabi dan Rasul-Nya, maka tidak ada yang menghalangi Allah untuk memberikan karamah dan ma’unah kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Hamba-hamba pilihan ini sering disebut sebagai Waliyullah atau Wali Allah. Mereka memiliki tugas yang beragam, dan tidak akan merasakan rasa takut atau khawatir kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS Yunus [10]: 62).
Jumlah Para Wali Allah
Syekh Abul Qasim Ahmad bin Husain ibn Qassi al-Andalusi dalam kitabnya mengutip pendapat Imam Ibnu Arabi yang menyatakan bahwa para ulama memiliki berbagai pendapat mengenai jumlah dan klasifikasi para wali. Dalam kitabnya disebutkan:
“Wali-wali Allah terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya: (1) wali Qutub, pemimpin para wali yang hanya ada satu dalam setiap masa; (2) wali A’immah, pembantu wali Qutub yang menggantikan posisinya jika sudah wafat; (3) wali Autad, kekasih Allah yang berjumlah empat orang, berada di empat penjuru mata angin dengan pusat di Ka’bah; (4) wali Abdal, kekasih Allah yang berjumlah tujuh orang, di mana jika salah satunya meninggal akan digantikan oleh yang lain;
(5) wali Nuqaba, wali penjaga hukum syariat; (6) wali Nujaba, wali yang berjumlah delapan dalam setiap masanya; (7) wali Hawariyyun, wali pembela kebenaran baik melalui argumen maupun senjata; (8) wali Rajabiyyun, wali yang karamahnya tampak setiap bulan Rajab; dan (9) wali Khatam, wali yang menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan umat Islam.”
Selain sembilan status wali tersebut, masih banyak lagi wali-wali Allah yang tidak menampakkan diri. Keberadaan para wali ini serupa dengan banyaknya para Nabi yang jumlahnya tidak diketahui. Syekh Hasan al-Adwa al-Hamzawi dalam kitabnya menjelaskan:
وَاعْلَمْ أَنَّ أَحْوَالَ الْأَوْلِيَاءِ رَضِيَ الله عَنْهُمْ وَعَدَدَهُمْ وَمَرَاتِبَهُمْ كَالْأَنْبِيَاءِ لَايُحْصِيْهَا وَلا يَعْلَمُهَا اِلَّا الله
Artinya, “Ketahuilah, bahwa sungguh keberadaan wali-wali Allah (semoga Allah ridha kepada mereka), jumlah dan derajatnya seperti para Nabi, yaitu tidak terhitung jumlahnya dan tidak ada yang tahu keberadaannya kecuali Allah.”
Meskipun demikian, banyak dari para wali Allah di muka bumi ini dengan derajat berbeda-beda tidak diketahui oleh manusia, karena mereka biasanya menyembunyikan status kewaliannya. Lantas, apa hikmah di balik tidak ditampakkannya status kewalian ini? Mari kita simak penjelasannya.
Hikmah Tidak Tampaknya Wali Allah
Imam Zainuddin Muhammad Abdurrauf al-Manawi dalam kitabnya mengutip pendapat beberapa ulama mengenai hikmah dirahasiakannya status kewalian seseorang. Dalam kitabnya dijelaskan:
قَالَ الشَّيْخُ أَحْمدَ: وَأَخْفَى اللهُ تَعَالَى وَلِيَهُ بَيْنَ النَّاسِ لِيُعَظِّمُوْا الْكُلَّ
Artinya, “Telah berkata Syekh Ahmad: Allah SWT merahasiakan wali-Nya dari hadapan manusia agar mereka saling memuliakan satu sama lain.”
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa dirahasiakannya para wali bertujuan agar tidak ada yang dimuliakan di satu sisi sementara di sisi lain ada yang direndahkan. Dengan demikian, Allah menutup status wali seseorang dari manusia agar mereka berhati-hati dan memuliakan semua tanpa pilih kasih.
Menurut Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi yang dikutip oleh Syekh Abdul Hafiz bin Ali al-Maliki al-Azhari, hikmah dirahasiakannya para wali adalah agar orang-orang mengetahui bahwa status kewalian mereka tidak boleh diremehkan. Jika seseorang mengetahui kewalian seseorang namun tidak menghormatinya, maka hal ini bisa mendatangkan murka Allah.
وَلَمْ يَجْعَلْهُمْ اِلَّا مَسْتُوْرِيْنَ عَنْ غَالِبِ خَلْقِهِ. وَلَوْ كَانُوْا ظَاهِرِيْنَ فِيْمَا بَيْنَهُمْ وَأَذَاهُمْ اِنْسَانٌ لَكَانَ قَدْ بَارَزَ الله بِالْمُحَارَبَةِ فَأَهْلَكَهُ، فَكَانَ سِتْرُهُمْ عَنِ الْخَلْقِ رَحْمَةٌ
Artinya, “Dan Allah tidak menjadikan mereka kecuali tertutup dari mayoritas makhluk-Nya. Jika seandainya para wali itu tampak (kewaliannya) di hadapan mereka dan ada yang menyakitinya, maka sungguh Allah akan menampakkan permusuhan kepada orang tersebut dan mencelakainya. Oleh karena itu, dirahasiakannya para wali dari makhluk adalah rahmat.”
Dengan demikian, pemahaman tentang jumlah para wali Allah dan hikmah-hikmah di balik dirahasiakannya keberadaan mereka menjadi penting untuk direnungkan.