- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Membandingkan Diri: Pandangan Islam

Google Search Widget

Sikap membanding-bandingkan adalah kebiasaan yang sering dilakukan seseorang, baik dalam hal jabatan, karier, kekayaan, maupun prestasi. Tindakan ini dapat melibatkan perbandingan diri dengan orang lain atau membandingkan orang lain dengan pihak lain, seperti membandingkan prestasi anak sendiri dengan teman sekelasnya. Dalam pandangan Islam, membandingkan diri dengan orang lain bisa diperbolehkan, bahkan dianjurkan, asalkan tidak menimbulkan sifat iri atau hasud.

Allah (SWT) berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisa ayat 32:
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain sehingga muncul rasa iri. Ketika sifat iri sudah muncul, seseorang bisa lupa diri dan berusaha menghalalkan segala cara untuk mengungguli orang lain. Dalam hadits, Rasulullah (SAW) mengingatkan agar kita tidak saling membenci atau mendengki, dan sebaliknya, menjadi saudara satu sama lain.

Meskipun membandingkan diri dengan orang lain dalam hal duniawi tidak diperbolehkan, ada kalanya tindakan ini diperbolehkan jika bertujuan untuk memotivasi diri. Misalnya, membandingkan diri dengan orang yang lebih giat belajar atau memiliki kualitas ibadah yang lebih baik dapat memacu kita untuk meningkatkan diri. Rasulullah (SAW) menganjurkan kita untuk bergaul dengan orang-orang saleh agar kita dapat berintrospeksi dan terinspirasi untuk beramal baik.

Dalam hal duniawi, sebaiknya kita membandingkan diri dengan orang yang berada di bawah kita agar tetap bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah. Rasulullah (SAW) bersabda:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ
Artinya: “Lihatlah siapa yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, sebab yang demikian lebih patut agar kalian tidak memandang remeh nikmat Allah atas kalian.” (HR al-Bukhari).

Kesimpulannya, membandingkan diri dalam urusan duniawi harus dilakukan dengan hati-hati. Jika hal ini memotivasi kita untuk meningkatkan kualitas diri, maka diperbolehkan. Namun, jika membandingkan diri justru menimbulkan rasa syukur yang kurang atau hasud, maka tindakan ini tidak diperbolehkan. Sebaliknya, dalam urusan akhirat, membandingkan diri dengan orang lain yang lebih baik dalam ibadah adalah hal yang mutlak diperbolehkan untuk memacu semangat kita dalam beribadah. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

February 6

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?